Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno menjelaskan salah satu upaya untuk mencetak target laba tersebut yakni dengan operational excellent yakni sinergi antara enam perusahaan BUMN dalam cluster atau holding manufaktur.
Dalam holding tersebut Barata menjadi induknya dan diisi oleh PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Industri Kereta Api (Persero), dan PT Industri Kapal Indonesia (Persero).
Ia mengatakan dengan operational excellent tersebut akan meningkatkan penjualan secara keseluruhan 50 persen dengan rencana ekspor naik dua kali lipat. Selain itu dengan upaya efisiensi akan meningkatkan laba.
"Labanya meningkat jadi Rp142 miliar dari Rp71 miliar," kata Fajar di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Februari 2020.
Mantan Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN ini mengatakan saat ini produk manufaktur yang dihasilkan Barata kebanyakan dipasok ke luar negeri, Misalnya saja bogie, salah satu komponen kereta api yang tujuan ekspor utamanya Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Komposisi ekspor dan pasokan di dalam negeri sebesar 80:20 persen.
Kemudian ada juga turbin yang menjadi komponen pembangkit listrik komposisi ekspor dan dalam negeri sebesar 90:10 persen. Selama ini turbin untuk tekanan rendah ke Korea, Filipina, Australia, AS dan lainnya. Sedangkan untuk gas turbine-combustion chamber diekspor ke Taiwan, Sudan Uni Emirat Arab, Arab Saudi, AS, dan lainnya.
"Kita baru saja Alhamdulillah memperbesar kontrak ke AS, Meksiko, dan Kanada. Kita akan perlebar lagi pasar bersama-sama dengan PT INKA ke Afrika di antaranya Kongo, Tanzania mengenai enggak hanya (komponen) proyek kereta tapi juga PLTMH (pembangkit listrik tenaga mikro hydro)," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News