Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI Haru Koesmahargyo mengakui, kredit yang disalurkan perbankan tahun ini lebih rendah ketimbang tahun lalu yang mampu tumbuh sebanyak 10,1 persen. Haru cukup heran melihat rendahnya penyaluran kredit perbankan di tahun ini.
Padahal, lanjutnya, Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga acuan yang pada saat ini sudah berada di level 4,75 persen. Ia melihat ada sedikit anomali karena saat suku bunga acuan turun maka permintaan kredit justru melemah. Seharusnya, kondisi itu meningkat karena ada stimulus berupa suku bunga yang lebih rendah.
"Agak aneh, harusnya suku bunga turun itu men-trigger permintaan (kredit). Tapi tahun ini ada anomali, permintaan tidak serta merta naik dari turunnya suku bunga," ujar Haru, dalam seminar bertajuk 'Prospek Ekonomi Indonesia 2017: Memetakan Sektor-Sektor Unggulan', di Balai Kartini, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (19/12/2016).
Bahkanm masih kata Haru, industri perbankan diuntungkan dari stimulus dan aturan yang diberikan oleh pemerintah. Di tahun ini, pemerintah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) yang dari 7,5 persen menjadi 6,5 persen.
"Ini memberi ruang lebih banyak kepada perbankan yang tadinya dari 100 persen dana masyarakat harus disimpan 7,5 persen, hari ini cukup (menyimpan) 6,5 persen dan sisanya dilepas untuk kredit," paparnya.
Di sisi lain, ia tidak menampik, ada pengetatan likuiditas di perbankan meski permintaan kredit tidak tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut Haru, ada dua faktor likuiditas perbankan menjadi lebih ketat. Pertama karena bank ingin lebih efisien dalam menyalurkan kredit.
"DPK (Dana Pihak Ketiga) yang diperoleh dalam jumlah yang sama, tetapi ingin menyalurkan kredit dalam porsi yang lebih besar. Dana yang disimpan di BI menjadi lebih kecil karena penurunan GWM, selisih penurunan itu perbankan ingin agar dana DPK bisa disalurkan sebagai kredit," terangnya.
Sementara yang kedua adalah pertumbuhan pasar keuangan nonperbankan yang begitu cepat. Jadi karena adanya peningkatan dari pertumbuhan pasar keuangan nonbank, maka peminjam tidak lagi bergantung pada kredit perbankan.
"Mereka (peminjam) bisa (cari dana) dari IPO (Initial Public Offering/pencatatan saham perdana) sehingga likuiditas perbankan lebih ketat," pungkas Haru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News