Penguatan mata uang Negeri Paman Sam ini diprediksi akan berlangsung kedepannya, tak hanya sampai Trump resmi menjabat. Ekonom UI Lana Soelistianingsih menilai penguatan ini akan menekan nilai tukar rupiah.
Lana mengatakan, tren pelemahan tak hanya terjadi pada mata uang Garuda, namun juga mata uang negara lain seperti yen Jepang dan euro. Menurut dia, tak bisa dipungkiri saat ini USD memang seperti bergerak sendiri, dan meninggalkan mata uang negara lain.
Baca: BI Resmi Luncurkan Uang Rupiah Baru
"USD menguat akan cukup lumayan dan masih berlanjut sehingga nilai tukar rupiah akan cenderung melemah," kata Lana, kepada Metrotvnews.com, di Jakarta, Jumat (20/1/2017).
Selain itu, kata dia, pelemahan rupiah yang semakin parah juga dikarenakan rencana bank sentral AS yaitu the Fed yang telah menegaskan untuk menaikkan tingkat suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sehingga ekspektasi pasar membuat USD makin menguat.
Baca: Rupiah Pagi Melemah Tipis ke Rp13.570/USD
Menurutnya tekanan terhadap rupiah bisa saja berkurang jika ada dana asing masuk ke pasar keuangan dalam negeri. "Itu bisa saja terjadi kalau bisa dapat tambahan dana asing ke pasar (keuangan), itu bisa menambah kekuatan rupiah," ujar dia.
Namun, lanjut Lana, untuk mengandalkan uang masuk dari program amnesti pajak melalui repatriasi maka hal itu sudah tak bisa diandalkan lagi. Di periode terakhir tidak ada banyak lagi dana repatriasi yang masuk karena tarif yang makin tinggi, serta mengingat dua periode sebelumnya yang terealisasi pun tak sesuai komitmen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News