"Masuknya barang dari luar enggak bisa kita stop karena kita tidak mampu mengisi kebutuhan dalam negeri itu sendiri. Menjual di dalam negeri saja sudah cukup, padahal tidak saudara, peluang pasar banyak," ujar Enggar dalam forum dialog bersama Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Hotel Four Point Seraton, Bandung, Jumat, 14 September 2018.
Peluang produk industri TPT menembus pasar dunia kini tak akan hanya sebatas mimpi. Enggar memastikan pemerintah bakal terus berdiplomasi agar TPT dari Tanah Air mendapat karpet merah melalui kerja sama perdagangan bersama negara lain.
"Tidak benar kita tidak mampu bersaing, ada contoh konkrit kita bisa masuk ke Tiongkok, bahkan sekarang Bangladesh dan itu luar biasa dilakukan selain pasar tradisional Amerika dan Eropa," ungkapnya.
Menurut Enggar produk industri TPT menjadi prioritas pengembangan ekspor agar negara tak selalu bergantung pada komoditas minyak dan gas. Industri TPT dinilai merupakan produk ekspor yang bisa memberikan nilai tambah. Karenanya, pemerintah bakal terus didorong agar produk bisa bersaing di pasar dunia.
"Beliau (Presiden Jokowi) minta produk yang bernilai tambah seperti tekstil dan furnitur untuk kita dorong, sehingga setiap perjanjian perdagangan yang kami lakukan TPT ini prioritas utama dapatkan zero tax," bebernya.
Perjanjian kerja sama perdagangan dengan negara lain terus dilakukan untuk membuka pasar baru bagi potensi industri dalam negeri. Pada November 2018 mendatang, kata Enggar, pemerintah Indonesia dan Australia akan bersepakat dalam meningkatkan sektor perdagangan melalui kerja sama Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA).
"Diharapkan November kita lakukan penandatanganan CEPA. Lalau awal tahun depan kita dapatkan berbagai kemudahan perdagangan dan potensi pasar besar," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id