Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan upaya otoritas moneter mengendalikan defisit transaksi berjalan berada pada sisi permintaan. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Days Reverse Repo Rate menjadi 5,50 persen.
"Kami ingin turunkan defisit neraca transaksi berjalan ke tingkat lebih rendah lagi. Jelas di bawah tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di akhir tahun," ujar Perry di gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Agustus 2018.
Kebijakan Bank Sentral menaikkan suku bunga untuk menarik modal asing dengan harapan daya tarik aset rupiah dapat meningkat. Bila neraca transaksi berjalan tak dikendalikan, maka devisa dari dalam negeri lebih banyak mengalir ke luar. Kondisi demikian menimbulkan ketidakpercayaan investor.
"Kita juga menjaga depresiasi nilai tukar rupiah agar tetap konsisten dengan fundamental. Itu juga bisa mendorong expenditure switching, dengan itu permintaan yang selama ini dipenuhi dari impor bisa dipenuhi dari dalam negeri," bebernya.
Dari sisi penawaran, upaya pengendalian defisit transaksi berjalan datang dari pemerintah. Presiden Joko Widodo telah berkomitmen dan menyatakan keseriusannya untuk mendorong ekspor dan menurunkan impor, salah satunya lewat kebijakan penggunaan 20 persen biodiesel pada solar (B20).
"Kebijakan B20 tidak hanya mengurangi impor minyak, tapi juga mendorong ekspor CPO (crude palm oil)," ungkap Perry.
Selain itu, pemerintah juga menunda proyek-proyek yang memiliki kandungan impor tinggi. Salah satunya proyek energi.
"Demikian juga rencana dari Ibu Menteri Keuangan terkait pajak impor. Ini adalah langkah-langkah pengendalian defisit transaksi berjalan dari sisi penawaran," pungkas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id