"Ruang gerak untuk menurunkan BI 7 day sudah nol. Kemungkinan BI 7 day dinaikkan 25 bps di akhir Desember," kata Head of Economic and Market Research UOB Enrico Tanuwidjaja dalam diskusi 'Kondisi Perekonomian Terkini dan Respons Kebijakan BI', di Lombok, NTB, Sabtu, 21 April 2018.
Dirinya menambahkan risiko inflasi sampai dengan akhir tahun akan meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri ada ancaman kenaikan harga minyak, sementara kenaikan konsumsi di dalam negeri juga berdampak pada meningkatnya level inflasi.
Meski demikian, menurut Enrico, level inflasi saat ini masih sejalan dengan harapan BI sebesar 3,5 plus minus satu persen sehingga suku bunga masih bisa ditahan. Namun jika inflasi kemudian meningkat di luar batas, BI berpeluang mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan.
"Kami cukup inline ya karena inflasi masih dalam batas official target. Kita lihat, hubungan antara rupiah dan BI policy rate cukup konsisten. Tapi kita lihat ruang gerak untuk menurunkan sudah hampir nol. Nah, bagaimana ruang gerak untuk menaikan melawan keep it unchanged (inflasi tidak meningkat)," jelas dia.
Sejauh ini, dirinya menilai, kebijakan suku bunga BI masih mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hanya saja dengan berbagai risiko, termasuk kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang lebih agresif, akan dipertimbangkan untuk bank sentral mengetatkan kebijakan moneternya.
"Kami setuju, ini very supportive dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kestabilan finansial dalam enam sampai tujuh bulan ke depan. Tapi ada ancaman inflasi, harga minyak terus naik dan permintaan domestik juga meningkat. Kemungkinan ada ruang gerak suku bunga ini (naik) di Desember," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News