"Joint Communique ANRPC merupakan momentum bersama negara anggota dalam menyatakan sikap terhadap keberlanjutan karet alam yang diinisiasi Indonesia. Dengan menjaga keberlangsungan para petani kecil yang menumpukan harapan pada karet alam, maka berlanjutan karet alam juga dapat terjaga,” ujar Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Antonius Yudi Triantoro melalui keterangan tertulis, Kamis, 17 Oktober 2019.
Pada akhir Pertemuan Tahunan ANRPC yang berlangsung pada 7-11 Oktober 2019 di Yogyakarta, Yuri yang juga Ketua Delegasi RI menjelaskan ada tiga isu utama yang dibahas dalam pertemuan tahunan organisasi internasional negara produsen karet alam 13 negara ini.
"Ketiga isu tersebut, yaitu stabilisasi harga, pengendalian penyakit pada tanaman karet, dan keberlanjutan sektor karet," paparnya.
Pembahasan isu tersebut meliputi kegiatan yang telah dilaksanakan dan berbagai inisiatif kerja sama yang akan dilakukan negara dalam menanggapi berbagai tantangan yang sedang dihadapi negara produsen dalam perdagangan global karet alam. Tantangan tersebut, antara lain harga karet yang rendah, penyakit yang memengaruhi produksi, dan konsep keberlanjutan yang semakin digaungkan konsumen.
Hal itu memaksa negara-negara anggota ANRPC bekerja bersama. Negara anggota ANRPC sepakat bahwa konsep keberlanjutan perlu dilihat secara komprehesif mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
"Pada dasarnya, pemerintah selalu berusaha mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi sektor karet alam. Indonesia bersama negara anggota ANRPC berkomitmen melindungi petani kecil dalam rangka menjaga keberlanjutan sektor karet alam," kata Yudi.
Pada pertemuan kali ini, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kemendag Iman Pambagyo mengatakan telah disepakati seluruh negara anggota menjadi Ketua ANRPC 2019-2020. Di bawah Keketuaan Indonesia, kegiatan ANRPC akan fokus membahas upaya stabilisasi harga karet, penanganan terhadap penyakit karet, dan keberlanjutan karet alam melalui pembentukan satuan kerja, komite, dan kelompok kerja.
ANRPC saat ini tengah melakukan berbagai upaya mewujudkan keberlanjutan di sektor karet alam. Keberlanjutan ini diharapkan dapat dirasakan baik dari sektor hulu hingga hilir. "Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, kami membentuk kelompok kerja dan satuan tugas yang beranggotakan berbagai ahli dari negara anggota," ujar Sekretaris Jenderal ANRPC Nguyen Ngoc Bich.
Adapun ANRPC beranggotakan 13 negara produsen dan konsumen karet alam. Negara-negara tersebut yaitu Banglades, Kamboja, Tiongkok, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.
Karet alam merupakan komoditas ekspor nonmigas kedua terbesar Indonesia. Pada 2018, total ekspor karet alam tercatat sebanyak 2,95 juta ton dengan nilai USD4,16 miliar. Persentase ekspor tersebut meliputi 83 persen dari produksi karet alam, sedangkan 17 persennya dikonsumsi pasar domestik.
Sebagai penghasil kedua terbesar karet alam di dunia, pada 2018 Indonesia memproduksi 3,63 juta ton dari lahan perkebunan karet seluas 3,67 juta hektare. Sebanyak 85 persen lahan perkebunan dimiliki dan dibudidayakan oleh 2,5 juta petani karet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News