Direktur Utama LinkAja Danu Wicaksono menyebutkan delapan perusahaan pelat merah tersebut di antaranya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Angkasa Pura 1 (Persero), PT Angkasa Pura 2 (Persero), Perum Damri (Persero), PT Pegadaian (Persero), PT Taspen (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Saat ini saham layanan dompet digital tersebut dimiliki oleh Telkomsel (25 persen), Bank Mandiri (19,71 persen), BRI (19,71 persen), BNI (19,71 persen), BTN (7,12 persen), Pertamina (7,12 persen), Jiwasraya (satu persen), Danareksa (0,63 persen).
"Kita masih menunggu konfirmasi beberapa BUMN menyusul tujuh BUMN yang sudah bergabung," kata Danu di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin, 30 September 2019.
Namun, Danu masih enggan membeberkan porsi saham dan besaran dana yang akan dikucurkan perusahaan-perusahaan tersebut. Ia bilang masih menunggu kepastian hingga akhir tahun.
Ditemui di lokasi yang sama, Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto membenarkan pihaknya tertarik untuk bergabung. Sebab dengan ikut memiliki saham LinkAja, perusahaan akan dimudahkan dengan akses pembayaran untuk nasabah Pegadaian.
Ia meyakini modal yang dimiki Pegadaian cukup untuk masuk dalam kepemilikan saham LinkAja. Kuswiyoto menyebutkan Pegadaian memiliki dan lebih dari Rp10 triliun yang siap dicairkan kapanpun. Namun demikian minat tersebut masih dimatangkan.
"Kita pinginnya punya saham di sana, ini masih dalam pembahasan. Kami sih maunya lumayan. Tapi sudah banyak dimilikin, sisanya sedikit. Kami teknisnya mesti incharge di moda ventura atau apa, kami tidak masalah," kata Kuswiyoto.
Proses bisnis kepemilikan saham di LinkAja terdiri dari tiga tahap dengan menerbitkan saham baru. Berdasarkan keterbukaan informasi PT Telkomunikasi Indonesia (Persero) Tbk di Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi penerbitan saham baru Finarya ini diatur dalam perjanjian penyetoran saham bersyarat yang mengatur tentang pelaksanaan penyetoran saham Finarya.
Tahap pertama, penyetoran saham dilakukan paling lambat 31 Juli 2019. Finarya akan menerbitkan saham baru sebanyak 66.526 saham dengan nilai penyetoran Rp665,26 miliar. BUMN yang akan menyetorkan investasinya adalah Telkomsel, Bank Mandiri, BRI, BNI, Jiwasraya, dan Danareksa.
Tahap kedua, proses penyetoran dilakukan maksimal pada 31 Oktober 2019. Total saham baru yang akan diterbitkan sebanyak 18.600 saham dengan nilai Rp186 miliar. Ada tiga BUMN yang akan mengeksekusi, yakni Telkomsel, BTN, dan Pertamina.
Tahap ketiga, Finarya akan memberikan kesempatan untuk investor BUMN lain yang ingin berinvestasi di perusahaan. Penyetoran saham dilaksanakan paling lambat 31 Desember 2019. Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 80 ribu saham dan nilai penyetoran Rp800 miliar.
Jika dalam tahap tiga ada investor lain yang berminat maka Telkomsel nantinya hanya memiliki saham sebesar 25 persen, Bank Mandiri 17,03 persen, BRI 17,03 persen, BNI 17,03 persen, BTN 6,13 persen, Pertamina 6,13 persen, Jiwasraya satu persen, Danareksa 0,63 persen, dan investor lain 10,02 persen.
Namun, jika tak ada investor lain yang berminat, maka komposisi saham menjadi Telkomsel 25 persen, Bank Mandiri 19,71 persen, BRI 19,71 persen, BNI 19,71 persen, BTN 7,12 persen, Pertaina 7,12 persen, Jiwasraya satu persen, dan Danareksa 0,63 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News