Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kesimpulan tersebut dihasilkan dari assesment dalam pertemuan KSSK yang dihadiri Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsnyah, serta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pada 30 Oktober kemarin.
"Dalam pertemuan ini, hasil pemantauan fiskal, moneter, makroprudensial, pasar modal, pasar SBN, sektor perbankan, LKNB dan penjaminan simpanan, KSSK menyimpulkan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal III adalah dalam kondisi normal," kata Ani sapaan akrab Sri Mulyani selaku Ketua KSSK dalam jumpa pers di Gedung Marie Muhammad Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta 31 Oktober 2017.
Kesimpulan tersebut juga diambil atas adanya revisi keatas outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh IMF, dan perbaikan kinerja intermediasi perbankan, serta relatif stabilnya rupiah dan membaiknya kinerja pasar SBN dan surat utang korporasi.
Meski demikian KSSK tetap mewaspadai beberapa potensi risiko baik eksternal maupun internal yang berasal dari faktor domestik. Dari sisi eksternal, KSSK mencermati dampak dari neraca bank sentral AS dan keputusan dari european central bank untuk memangkas kucuran dana program quantitative easing. KSSK juga mencermati dinamika geopolitik di semenanjung Korea.
"Hal tersebut semuanya bisa memengaruhi nilai tukar rupiah dan aliran dana asing," imbuh Ani.
Adapun faktor domestik yang menjadi perhatian dari KSSK antara lain, berkembangnya persepsi mengenai sentimen penurunan daya beli, potensi kenaikan inflasi yang berasal dari volatile food, serta antisipasi kondisi perpolitikan jelang 2018 dan 2019.
"KSSK akan senantiasa berkoordinasi di dalam memantau dan mengantisipasi potensi tekanan terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News