Akibatnya, pangsa pasar mengalami penurunan sebesar 32,2 persen dan volume penjualan mengalami penurunan sebesar 22,1 miliar per unit atau sebesar 37 persen.
"Ini utamanya disebabkan oleh total pasar yang lebih rendah dan selisih harga ritel A Mild terhadap merek pesaing yang semakin besar setelah kenaikan harga pada Oktober 2018," jelas Direktur Utama HM Sampoerna Mindaugas Trumpaitis di kantornya, Jakarta, Kamis, 9 Mei 2019.
Lebih lanjut Mindaugas mengatakan konsumen tembakau saat ini bergeser ke produk yang lebih murah dan mengandung tar tinggi. Untuk itu, emiten berkode HSMP ini melakukan strategi menambah varian produk dengan kriteria tersebut.
Strategi lainnya adalah dengan menggenjot ekspor di mana saat ini perseroan telah melakukan ekspor ke 43 negara.
Selain itu, Sampoerna tengah melakukan uji pasar di dalam negeri untuk produk rokok aerosol dan iQost yang dirilis pada Maret 2019. Produk iQost, kata Mindaugas, adalah salah satu riset melihat minat konsumen.
"Apakah sekarang trennya penyuka mentol, high tar, atau low impact. Jadi masih dalam tahap perkenalan bulan lalu. Hasilnya nanti akan diputuskan ekspansi atau tidak," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News