Ilustrasi. Antara/Yudhi Mahatma
Ilustrasi. Antara/Yudhi Mahatma

Gaikindo: Kenaikan BBM Bikin Penjualan Mobil Turun 15 Persen

Husen Miftahudin • 24 November 2014 16:45
medcom.id, Jakarta: Pemerintah telah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp2 ribu per liter untuk jenis premium dan solar. Kenaikan tersebut ternyata berpengaruh pula pada penjualan mobil di Indonesia.
 
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman MR mengatakan, dampak kenaikan harga BBM ini diperkirakan akan membuat penjualan mobil menurun hingga 15 persen. Namun, sebutnya, pengaruh tersebut tidak akan berlangsung lama.
 
"Karena BBM ini pasti ada penurunan, mungkin 1-2 bulan. Perkiraan kami 10-15 persen. Tetapi setelah itu akan kembali lagi, itu berdasarkan pengalaman-pengalaman kami," ucap dia ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (24/11/2014).

Namun, lanjut dia, ada hal lain pula yang lebih memberikan pengaruh terhadap penjualan mobil di Indonesia, yaitu pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan masyarakat dalam membeli kendaraan.
 
"Sebetulnya kan kalau otomotif itu pertumbuhan pasarnya sangat tergantung kepada pertumbuhan ekonomi secara nasional. Jadi tidak ada yang khusus, seperti BBM. Jadi jika BBM naik bagaimana supaya pasar naik, ya kembali kepada mekanisme pasar. Itu acuan penjualan kendaraan," ucap Sudirman.
 
Dia menjelaskan, saat ekonomi Indonesia tumbuh dengan baik seperti pada enam tahun ke belakang, industri otomotif juga mampu tumbuh sebanyak 24,3 persen. "Pada saat tahun ini dengan GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto) kira-kira 5,1 persen, memang kita tertekan sama dengan (penjualan mobil) tahun lalu 1,2 juta unit," tutur dia.
 
Terkait prediksi pertumbuhan penjualan mobil tahun depan, Sudirman memerkirakan, penjualan mobil tahun depan masih sama angkanya, masih flat dengan penjualan sebesar 1,2 juta unit. Hal itu, menurut dia karena melihat angka inflasi, suku bunga, serta nilai tukar rupiah.
 
"Kami kan selama per kuartal selalu melakukan review-review. Saat ini untuk (prediksi) tahun depan sama 1,2 juta, dengan catatan masuk kuartal pertama (lakukan) review kembali," pungkas Sudirman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan