Bagaimana tidak, usai pertemuan dengan WNI yang bermukim di Tokyo, Susi langsung diserbu oleh masyarakat untuk berswafoto. Keriuhan terjadi karena tanpa sungkan serta penuh antusias para peserta berlari menuju podium demi mendapatkan posisi terdekat dan angle foto terbaik dengan susi.

Menteri Susi saat diserbu oleh WNI di Jepang. (FOTO: Kabul Indrawan/Metro TV)
"Ibu... lihat kemari... cheseee.." kata warga Indonesia di Jepang.
Susi pun hanya bisa tertawa tatkala banyak kamera telepon selular serta permohonan tanda tangan mengarah kepadanya.
Tak pelak kondisi ini membuat tim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang kewalahan. Fani yang menjadi moderator terpaksa beberapa kali memohon pengunjung supaya tidak berdesakan karena membahayakan Susi yang tertawa lepas sambil duduk di atas kursi.

Menteri Susi saat diserbu oleh WNI di Jepang. (FOTO: Kabul Indrawan/Metro TV)
"Bapak, ibu, dan rekan-rekan mohon antre. Jangan berdesakan," ujar Fani melalui microphone.
Situasi pun akhirnya bisa dikendalikan setelah panitia membagi sesi berfoto dalam beberapa kelompok.
Menurut Fani, panitia hanya mengundang 200 orang warga Indonesia. Namun yang hadir mencapai 300 orang, dan ini adalah salah satu temu warga dengan pejabat negara terbesar dan penuh antusias setelah kehadiran Presiden Jokowi 2016 lalu.
Sepanjang pertemuan yang digelar di Sekolah Republik Indonesia Tokyo-SRIT, Rabu 12 April, Menteri KKP Susi Pudjiastuti berhasil memukau peserta. Bahkan beberapa kali gelak tawa muncul ketika Susi menceritakan pengalamannya selama menjadi menteri.

Menteri Susi saat menjadi pembicara di Sekolah Republik Indonesia Tokyo-SRIT. (FOTO: Kabul Indrawan/Metro TV)
"Saya pernah ditanya petinggi beberapa negara, apakah mau disewa menjadi menteri di negara mereka untuk menenggelamkan kapal pencuri ikan," seloroh Susi.
Ia juga menjawab pertanyaan salah seorang mahasiswa terkait alasannya menenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan.
"Bayangkan kalau pengadilan perikanan memerintahkan melelang kapal, yang beli para tokek lagi. Diberikan ke koperasi, berat dengan biaya operasionalnya yang mencapai Rp50 juta per hari. Diserahkan ke kampus, malah mangkrak sampai ditumbuhi pohon pisang," jelas dia.
Kehadiran Menteri KKP mampu membuat 300 orang peserta tetap bertahan hingga larut malam. Meskipun rumah mereka berjauhan, namun mendengarkan kisahnya terasa mampu membangkitkan semangat warga Indonesia di Jepang untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News