Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Indroyono Soesilo mengatakan, pembangunan pelabuhan itu tak sepenuhnya dibatalkan, melainkan direlokasi ke wilayah timur Cilamaya. Menurut dia, hal ini karena pemerintah harus menjaga keberlanjutan operasi migas dari Offshore North West Java (ONWJ) yang berada di lokasi tersebut.
"Karena migas memberi pemasukan yang besar. Sekarang saja produksinya 40 ribu barel per hari. Pada 2020, 50 ribu barel per hari. Nah ini harus dipertahankan," ujar Indroyono, saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/4/2015).
Ia memaparkan, pemerintah saat ini memutuskan untuk tetap membangun pelabuhan agar biaya distribusi dapat ditekan. Pembangunan pelabuhan itu dilakukan di Pantai Utara Jawa (Pantura) atau sebelah timur dari lokasi Cilamaya.
"Sekarang sedang dicari tempat yang lebar koridornya 10 km. Koridor itu supaya kapal kontainer ukuran 200 ribu ton bisa masuk bisa lewat, dicari ke sebelah timur yang koridor lebarnya 10 km," imbuh dia.
Pemerintah pun akan segera melakukan uji kelayakan (feasibility study) mengenai lokasi baru tersebut, yang rencananya akan dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Kementerian Perhubungan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Nantinya, hal ini dikoordinasikan oleh Menko Maritim dan Menko Perekonomian.
"Kalau soal daratannya tidak masalah. Karena pelabuhan itu dibangun offshore lepas pantai dan dikaitkan dengan lifteed toll road, tidak mengganggu sawah juga," pungkas Indroyono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News