Target tersebut kembali mundur, setelah sebelumnya penandatanganan perjanjian sewa (leasing agreement) dengan Saudi Aramco ditargetkan bisa dilakukan pada akhir Februari.
"Kuartal I paling lambat akhir Maret," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Jakarta, Senin, 24 Februari 2020.
Nicke mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu penawaran dari perusahaan migas asal Arab Saudi tersebut terkait skema baru yang telah ditawarkan oleh Pertamina.
"Kita masih menunggu offering dari mereka seperti apa untuk skema baru ini, kita belum terima," ujar Nicke.
Menjelang akhir tahun lalu, Pertamina menawarkan skema baru dalam perhitungan valuasi pengembangan Kilang Cilacap yang selama ini menjadi kendala dalam negosiasi kerja sama dengan Saudi Aramco. Nicke menjelaskan jika dalam opsi lama menggunakan skema spin off, yakni memasukkan nilai aset dari kilang eksisting di Cilacap ke dalam perhitungan tersebut.
Sementara dalam skema baru, nantinya akan mengeluarkan nilai aset kilang eksisting dari perhitungan. Perhitungan yang dilakukan hanya berdasarkan kilang yang akan dikerjasamakan untuk dikembangkan (upgrading). Skema baru tersebut mengadopsi skema yang dilakukan di Kilang Balikpapan.
"Jika tidak terjadi kesepakatan dengan valuasi, maka ini ada skema yang sama seperti di Kilang Balikpapan, jadi eksisting kilangnya ini tidak spin off," kata Nicke.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Cilacap nantinya akan meningkatkan kapasitas kilang tersebut yang saat ini mengolah dan memproduksi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 348 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 bph. Selain itu meningkatkan kualitas produk dari EURO II ke EURO V.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News