Ia menjelaskan, dengan adanya penguatan USD membuat pertumbuhan bisnis di perjalanan internasional hanya mengalami kenaikan sebesar satu persen. Padahal, target peningkatan perjalanan ke luar negeri itu diharapkan bisa tumbuh sekitar 10 persen sampai dengan 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Mulai Maret terasa, masih sampai sekarang. Dengan adanya kenaikan (USD) ini tentu mungkin hanya satu persen naiknya dibanding tahun lalu. Sedangkan target (pertumbuhan) 10 persen sampai 12 persen," ujarnya, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (25/9/2015).
Nasrizal menambahkan, perjalanan ke luar negeri memang didominasi oleh segmen tertentu. Bahkan, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang telah mempersiapkan budget liburannya sejak jauh-jauh hari.
"Kalau untuk yang ke luar negeri ada segmen tertentu yang mereka sudah mempersiapkan dari jauh-jauh sebelumnya liburan ke luar negeri dengan ongkos dolar. Sekarang dolar naik, tentu sudah menyesuaikan budget," jelasnya.
Untuk itu, Nasrizal sangat mengharapkan adanya kenaikan dari perjalanan domestik dengan alasan tidak terimbas kepada kenaikan USD. Hal tersebut juga sejalan dengan upaya pemerintah yang ingin meningkatkan sektor pariwisata di dalam negeri.
"Karena digalakan oleh pemerintah yaitu wisata nusantara. Yang kita harapkan masyarakat jangan berorientasi liburan ke luar negeri. Ke lokasi-lokasi dalam negeri ini banyak yang menarik. Kita fokuskan sekarang ini sesuai dengan program pemerintah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News