Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim, Jarianto, mengatakan target ini sebagai pendukung terhadap program pemerintah pusat untuk meningkatkan wisman sebanyak 20 juta orang. Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah wisatwan asing tahun lalu sebanyak 521 ribu orang. Sedangkan untuk wisatawan dalam negeri dia menargetkan terdapat peningkatan sampai enam persen. Karena jumlah wisatawan dalam negeri ke Jatim sudah anti klimaks yakni sekitar 48 juta orang per tahun.
"Ini belum transaksi lainnya seperti transaksi retail penjualan ketika ada pameran. Misalnya pada tahun 2015 lalu, Jatim mendapat pemasukan sekitar Rp48 miliar hasil transaksi itu. Pariwisata juga menyumbang Produk Doemstik Regional Bruto (PDRB) sebesar Rp91 triliun per tahun," kata Jarianto, saat persiapan Majapahit Travel Fair, di Surabaya, Senin (11/4/2016).
Majapahit Travel Fair (MTF) sendiri adalah pameran wisata tahunan yang digelar oleh Disbudpar Jatim. Dalam event yang digelar dari 14-17 April itu, akan melibatkan 15 negara di antaranya Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Filiphina, Kamboja, Vietnam, Jepang, Belanda, India, Tiongkok, Hong Kong, Bangladesh, Saudi Arabia, dan Italia.
Selain potensi kelautan, di Jawa Timur selama ini juga dikenal dengan potensi wisata lainnya. Misalnya seperti wisata Gunung Bromo, Tengger, Semeru. Tiga kawasan wisata ini bahkan oleh presiden Jokowi ditetapkan sebagai 10 destinasi wisata utama di Indonesia. Lalu ada wisata religi sunan atau wali. Wisata religi ini cukup menumbang jumlah wisatawan di Jatim khususnya wisatawan dalam negeri.
"Di Jawa Timur potensi lautnya sangat luar biasa baik pesisir utara dan pesisir selatan," ujarnya.
Menurutnya, daerah yang memiliki potensi cukup tinggi untuk pengembangan wilayah pesisir diantaranya Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Probolinggo dan daerah lainnya. Maritim atau pesisir adalah basis terbesar di Jawa Timur, bahkan sejak zaman Majapahit, maritim merupakan sektor utama.
Maka itu, kata dia, perlu dilakukan optimalisasi mulai dari infrastruktur, potensi promosi, objek pengelolaan serta sumber daya masyarakat lokal.
"Apalagi setelah ini Jalur Lintas Selatan (JLS) akan selesai maka akan lebih mempermudah akses," kata mantan penjabat Kabupaten Trenggalek ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News