"Saya ajak makan kemarin di Cirebon, namanya sate kalong. Kenapa kalong, karena daging kerbau keluarnya malam hari. Sejak saya kecil sudah coba, enak sekali (sate kalong)," ungkap Enggar, saat ditemui di Pasar Grogol, Jakarta, Jumat (16/9/2016).
Enggar menuturkan, daging kerbau mempunyai keunggulan lebih dibandingkan daging sapi, seperti mempunyai kadar lemak yang rendah. Daging kerbau pun sudah menjadi bahan makanan utama di beberapa daerah Indonesia.
"Warna sama saja (daging sapi), lemaknya jauh sedikit dibandingkan daging sapi. Itu diberbagai negara, daerah sendiri. Sulawesi juga sudah banyak yang konsumsi itu," papar Enggar.
Oleh karena itu, pemerintah mendatangkan ribuan ton daging kerbau sebagai alternatif pangan selain daging sapi. Keberadaan daging kerbau juga bisa menekan harga daging sapi yang cenderung lebih mahal.
Pemerintah melalui Kemendag pun telah memberi restu kepada Bulog untuk memasukkan daging dari India sebanyak 10 ribu ton. Kemudian, akan ada tambahan lagi yang sedang disiapkan sebanyak 70 ribu ton sampai akhir 2016. Dengan masuknya daging tersebut memberi pengaruh besar bagi harga daging di pasar.
"Nah apa yang terjadi dengan masuknya daging dari India itu, maka daging-daging yang ada di feedloter itu sudah turun. Jadi ada yang pernah bilang harga Rp110 ribu-Rp120 ribu per kg, tidak ada yang lebih rendah dari itu, tadi kita tanya harga mereka sudah ada yang mencapai Rp80 ribu-Rp90 ribu," papar Enggar.
Jadi, kata Enggar, dengan diisi suplai daging yang besar di pasar. Maka, tidak ada lagi spekulan yang bermain harga daging. Dengan begitu harga daging tidak mengalami gejolak yang luar biasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News