Kepala Bekraf Triawan Munaf .ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.
Kepala Bekraf Triawan Munaf .ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

Bekraf Dukung Sembilan Pelaku Kreatif pada Ajang London Design Biennale

Arif Wicaksono • 01 September 2016 19:05
medcom.id, Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendukung keikutsertaan sembilan orang seniman, arsitek dan desainer Indonesia untuk tampil pada ajang London Design Biennale (LDB) 2016 di Somerset Mouse, London, Inggris, pada tanggal 7-27 September 2016. 
 
Mereka adalah seniman Irwan Ahmett, Bagus Pandega, Yola Yulifanti; arsitek Adi Purnomo dan Suyeni; dan desainer Agra Satria, Fandy Susanto, Max Suriaganda dan Savira Lavinia. Tugas mereka menjawab tantangan utopia dunia melalui desain Indonesia.
 
Ajang LDB 2016 menghadirkan tema "Utopia by Design" dan ajang yang baru pertama kali digelar itu berhasil mengundang 33 negara dari enam benua, termasuk Indonesia. Masing-masing negara akan mengeksplorasi gagasan tentang desain yang membalut isu-isu sosial politik semacam migrasi, polusi, air dan kesejahteraan sosial.

 "Di awal masa kemerdekaan, Soekarno presiden Republik Indonesia yang pertama — pernah punya visi akan dunia yang ideal, dunia tanpa kolonisasi, setiap bangsa berderajat sama, menghapus konflik dan menghargai perbedaan. Rumusan terdekat adalah Dasasila Bandung tahun 1955. Inilah gagasan Indonesia menjawab utopia dunia."  tutur Kepala Bekraf Triawan Munaf dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (1/9/2016). 
 
Triawan juga mengungkapkan, utopia diterima sebagai sistem sosial politik yang sempurna hingga sulit diwujudkan dalam kenyataan. Namun, hal ini adalah inspirasi ideal mengenai kondisi masyarakat yang sepatutnya menjadi sejahtera atau ~ lebih tepatnya - disejahterakan oleh negara.
 
Tema "Utopia by Design" dalam LDB 2016 lantas diadaptasi dalam situasi kondisi sosial, politik dan ekonomi Indonesia oleh tim kurator yang disusun Bekraf, sehingga melahirkan sebuah tema ala Indonesia, yakni "Freedome".
 
Tim kurator Indonesia terdiri dari Hermawan Tanzil, Diana Nazir, Hafiz Rancajale, serta Danny Wicaksono. Mereka memilih seniman, arsitek dan desainer untuk mewujudkan gagasan utopis tentang masyarakat ideal, yang terinspirasi dari Dasasila Bandung, secara kontemporer.
 
"Pilihan atas 'Freedome' adalah interpretasi kita terhadap kenangan bangsa Indonesia atas momentum terbaik pada masa awal kemerdekaan, yaitu Konferesi Asia Afrika tahun 1955 yang melahirkan Dasasila Bandung," ungkap Deputi IV Bidang Pemasaran Joshua Puji Mulia Simanjuntak.
 
la menambahkan Dasasila Bandung mengandung pernyataan dukungan akan kedamaian dan kerjasama dunia yang akhirnya menjadi sumber inspirasi bagi negaranegara di kawasan Asia dan Afrika saat itu. Dalam tatanan dunia ideal, gagasan utopia mengingatkan masyarakat akan hal-hal yang ideal, kemudian mendorong masyarakat untuk melihat masa depan dengan berbagai alternatif, inisiatif dan spekulasi tentang hidup yang ideal.
 
"Kita menemukan cara menuju utopia melalui ekspresi desain yang lantas mengajak berperan membentuk kritik tentang dunia ideal, baik dari sudut pandang budaya. ekonomi maupun politik. Singkatnya, Dasasila Bandung adalah tawaran Indonesia pada tema Utopia by Design" ungkap Joshua.
 
Selain itu, kehadiran Indonesia pada ajang LDB 2016 sangat penting untuk memajukan eksistensi dan kontribusi desainer Indonesia dalam menawarkan spekulasi, alternatif dan pemikiran kritis tentang cita-cita tatanan dunia ideal melalui desain.
 
Dalam setahun terakhir, ekonomi kreatif telah menyumbang Rp 642 triliun dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Saat ini, baru tiga subsektor yang memberikan kontribusi besar yaitu kuliner sebanyak 32,4 persen; fesyen 27,9 persendan kerajinan 14,88 persen. 
 
Untuk mencapai target kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar12 persen pada 2019, maka subsektor lain juga harus dikembangkan, termasuk di dalamnya seni rupa. desain produk, dan arsitektur.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan