Pertumbuhan revenue tersebut, Managing Director Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan, diperoleh dari PT Kimia Farma Trade & Distribution (KFTD) yang tumbuh sebesar 29,30 persen. Untuk kinerja anak perusahaan yang bergerak di sektor ritel dan pelayanan kesehatan yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA) mengalami pertumbuhan 14,64 persen.
"Kinerja anak perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur produk kina yang sebagian besar produknya di ekspor ke luar negeri, yaitu PT Sinkona Indonesia Lestari (SIL) memberikan kontribusi yang baik dengan membukukan pertumbuhan revenue sebesar 27,06 persen," ucap Verdi ditemui pada saat paparan publik dalam acara 'Institutional Investor Day dan Investor Day 2016' di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (2/8/2016).
Dengan meningkatnya pendapatan, bilang Verdi, berimbas besar bagi kinerja laba bersih yang tumbuh menjadi Rp93,59 miliar per Juni 2016, dari posisi periode yang sama 2015 sebesar Rp77,44 miliar. Laba usaha dari Rp125,75 miliar menjadi Rp152,79 miliar di Semester I 2016.
Dalam meningkatkan laju pertumbuhan kinerja, Verdi menekankan, manajemen telah merancang grand strategy yakni sedang dibangunnya fasilitas pabrik Banjaran dengan kapasitas empat kali lipat dari pabrik yang ada sekarang, pembangunan pabrik garam Farmasi tahap II dengan kapasitas 4.000 ton yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku Garam Farmasi Indonesia sebesar enam ribu ton per tahun.
"Kita juga akan dimulainya proses Groundbreaking Pabrik PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia yang merupakan pabrik bahan baku obat pertama di Indonesia. Kami juga melakukan Groundbreaking Gedung Rapid Test," ucap Verdi.
Hingga Juni 2016, jaringan layanan kesehatan perseroan sudah mencapai 770 outlet apotek, 347 klinik kesehatan dan 43 laboraturium klinik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perseroan menargetkan untuk ekspansi jaringan layanan kesehatan setiap tahun dengan menambah 100 outlet apotek, 50 klinik kesehatan dan 5 laboraturium klinik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News