Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah terus mendorong agar sektor manufaktur di Tanah Air berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, serta semakin berdaya saing di kancah global. Langkah strategis yang dijalankan antara lain membuat kebijakan untuk mewujudkan aspirasi besar Making Indonesia 4.0, yaitu menargetkan bangsa ini masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat pada dunia di 2030.
"Studi yang dilakukan oleh EuroCham ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Indonesia dalam pengembangan Making Indonesia 4.0. Jadi, relatif mempunyai tingkat kebijakan yang comparable atau sebanding dengan negara-negara lain,” kata Airlangga melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019.
Penelitian yang digarap EuroCham tersebut membahas empat sektor, yakni manufaktur dan industri 4.0, otomotif, farmasi, serta sumber energi baru yang semua didukung oleh Internet of Things (IoT). Menurut Airlangga, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia sudah mirip dengan apa yang dilakukan negara-negara di Eropa.
Ia mencontohkan, Pemerintah Indonesia baru saja menerbitkan regulasi tentang pemberian insentif bagi perusahaan yang menjalankan program pendidikan dan pelatihan vokasi. Kegiatan penelitian dan pengembangan itu pun tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019.
"Negara-negara di Eropa juga memberikan super tax deduction hingga 200 persen untuk perusahaan yang terlibat dalam program pendidikan vokasi. Kemudian memberikan insentif bagi perusahaan yang menciptakan inovasi dari hasil litbangnya, dengan potongan sampai 300 persen," tuturnya.
Pembangunan klaster juga sudah dilakukan di Indonesia terutama pada pengembangan sektor industri otomotif. Bahkan, kebijakan yang berkaitan dengan mendorong produksi kendaraan beremisi rendah seperti yang sedang dilakukan pula negara-negara Eropa saat ini.
"Apa yang dilakukan oleh Indonesia sudah sejalan, dan ini menjadi tantangan kita semua ke depan, tentu yang digenjot kebijakan yang sejalan dengan para investor," ungkapnya.
Sementara itu, berkaitan dengan energi terbarukan, menurut Menperin, hal tersebut merupakan bagian dari infrastruktur yang mendukung sektor industri, seperti listrik dan telekomunikasi. Namun ada hal lain yang menjadi tantangan ke depan, yakni mengenai konsep circular economy.
"Misalnya pada industri kertas, berbicara pengelolaan hasil hutan, bahwa material-material yang bisa didaur ulang adalah kuncinya," imbuhnya.
Ketua EuroCham Corine Tap mengatakan tujuan utama penelitiannya adalah untuk meningkatkan daya saing Indonesia khususnya pada sektor manufaktur. Hal tersebut juga untuk memacu agar Indonesia menjadi tujuan investasi yang akan mendukung agenda pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.
"Keseluruhan studi kasus dan praktik terbaik dalam penelitian ini dikumpulkan dari serangkaian survei dan wawancara. Tidak hanya dengan perusahaan anggota EuroCham yang telah berinvestasi dan beroperasi di Indonesia, tetapi juga pemangku kepentingan lainnya termasuk pemerintah Indonesia," ungkapnya.
Corine berharap penelitian EuroCham ini dapat digunakan sebagai referensi untuk diskusi lebih lanjut terhadap proses pembentukan kebijakan untuk mencapai tujuan Making Indonesia Industry 4.0. EuroCham percaya dialog terbuka dan konstruktif yang berkelanjutan antara para pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, dan juga penanam modal dari sektor swasta akan lebih jauh mentransformasikan perekonomian nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News