Gedung Kementerian BUMN (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Gedung Kementerian BUMN (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Holding Company, Evaluasi Bentuk Pengelolaan BUMN

Angga Bratadharma • 17 Januari 2018 15:59
Jakarta: Dalam satu dekade terakhir peran perusahaan milik negara (State Owned Enterprises-SOEs) terus melejit menduduki posisi teratas di papan perusahaan ternama dunia atau Global 500 Companies. Peningkatan kontribusi tersebut, terutama didorong oleh tumbuh pesatnya SOEs dari Tiongkok.
 
Bahkan, tiga SOEs dari Tiongkok meliputi Sinopec, CNP, dan State Grid telah konsisten masuk di dalam 10 besar sejak 2010. Ketiga perusahaan mampu menghasilkan kontribusi pendapatan hingga 15 persen dari total pendapatan perusahaan terbesar dunia. Angka itu merupakan catatan di 2014, yang merupakan pertumbuhan pendapatan tertinggi sepanjang 10 tahun terakhir.
 
Pendapatan menjadi tolak ukur utama dari bentuk pengelolaan sebuah SOEs atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Tiongkok membentuk pengelolaan SOEs secara terpusat, yang berarti dalam setiap sektoral bisnis hanya ada satu perusahaan milik negara sebagai leading sector, yang menjadi acuan bagi sektor-sektor ikutannya turut berkembang.

Sementara itu, dalam satu sektoral bisnis di Indonesia terdapat beberapa entitas BUMN yang mencari peruntungan. Alih-alih menjadi leading sector bagi swasta turut berkembang, satu sama lain BUMN justru saling berkompetisi. Padahal, kehadiran BUMN seharusnya saling mendukung guna pemerintah mencapai target perekonomian.
 
<i>Holding Company</i>, Evaluasi Bentuk Pengelolaan BUMN
Sumber: Lembaga Management FEB Universitas Indonesia
 
Managing Director Lembaga Management FEB Universitas Indonesia (LM FEB UI) Toto Pranoto menegaskan, dalam keterkaitan ini diperlukan implementasi dari gagasan pembentukan induk perusahaan atau holding company pada beberapa BUMN. Gagasan holding company telah menjadi evaluasi bentuk pengelolaan BUMN usai Indonesia mengalami krisis moneter di 1997/1998.
 
"Di mana gagasan serupa juga menjadi evaluasi pada pengelolaan perusahaan milik negara di Singapura dan Malaysia. Singapura memiliki holding BUMN bernama Temasek Holdings dan Malaysia dengan nama Khazanah Nasional," kata Toto, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2018.
 
<i>Holding Company</i>, Evaluasi Bentuk Pengelolaan BUMN
Sumber: Kementerian BUMN

 
Rasio aset Temasek terhadap PDB pada 2012 sebesar 93,87 persen atau senilai SGD361,49 juta, sedangkan pada 2016 menjadi SGD410,27 juta atau bertumbuh hingga 128,99 persen.
Hal yang sama terjadi pada perkembangan rasio aset Khazanah terhadap PDB yang pada 2012 tumbuh sebesar 7,83 persen atau senilai RM971,25 miliar menjadi RM1.230,12 miliar.
 
Sementara itu, aset BUMN Indonesia tetap berada di kisaran pertumbuhan 42,3 persen, bahkan angka ini mengalami penurunan sejak 2013. Besaran aset BUMN terhadap PDB pada 2016 menjadi Rp12,407 triliun. Hal ini tentu disayangkan mengingat Indonesia memiliki pasar yang sangat besar yang tidak dimiliki negara tetangga.
 
"Stimulasi pembangunan yang baik pada pemerintahan saat ini, secara tidak langsung juga menstimulasi BUMN untuk terus mengembangkan kemampuan inovasi, ekspansi, dan menciptakan value creation," pungkas Toto.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan