Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro. Komaidi mengatakan cadangan yang ada selama ini adalah milik Pertamina, bukan milik nasional. Namun dalam konteks Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) otomatis keberadaannya dikontrol oeh negara.
"Yang ada itu cadangan Pertamina, cadangan untuk jualan sebenarnya. Kalau ditanya kita sudah punya cadangan nasional atau belum, sampai saat ini masih nol," kata Komaidi pada Medcom.id, Jakarta, Selasa, 29 Januari 2019.
Komaidi mengatakan kondisi ini akan parah apabila ada kondisi darurat di Singapura. Sebab selama ini Indonesia impor BBM melalui Singapura. Ia mencontohkan jika terjadi perang di Singapura dalam waktu yang lama, sementara cadangan BBM milik Pertamina hanya cukup untuk 20 hari, maka cadangan tersebut akan habis.
"Tapi kalau everything its oke, enggak apa-apa semua bisa dilakukan lewat impor," ujar dia.
Meski memang dia menambahkan jangan sepenuhnya bergantung pada impor. Ia mengatakan Indonesia tetap harus mengoptimalkan semaksimal mungkin kemampuan dalam negeri.
Ia pun mengapresiasi langkah pemerintah yang berupaya untuk mengatasi permasalahan cadangan BBM. Mesti memang diakui dirinya jika industri migas bukanlah industri yang sederhana sebab harus memakan waktu yang lama. Sehingga upaya yang telah dilakukan tentu baru akan terlihat hasilnya minimal lima tahun mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News