Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan prakiraan ini didukung aliran masuk modal asing yang tetap besar. Sampai dengan Februari 2019 nilainya mencapai USD6,3 miliar.
Sementara itu, neraca perdagangan mencatat surplus USD0,33 miliar pada Februari 2019 dipengaruhi penurunan impor nonmigas. Catatan positif itu terjadi di tengah ekspor nonmigas yang menurun.
Dengan perkembangan ini, posisi cadangan devisa pada akhir Februari 2019 cukup tinggi yakni USD123,3 miliar. Nilai tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Ke depan, sinergi kebijakan akan terus dipererat guna memperkuat ketahanan eksternal," kata Perry dalam pemaparan di kantornya, Gedung BI, Jakarta, Kamis, 21 Maret 2019.
BI akan mendukung langkah untuk memperkuat ekspor, termasuk peningkatan kinerja sektor pariwisata, dan mengendalikan impor. Kebijkan yang akomodatif akan terus ditempuh sehingga defisit transaksi berjalan 2019 dapat menuju kisaran 2,5 persen PDB.
"Kebijakan juga diarahkan untuk menarik aliran modal untuk membiayai defisit transaksi berjalan," ungkapnya.
Rupiah Menguat
Ia menambahkan nilai tukar rupiah menguat sejalan kinerja sektor eksternal yang membaik. Hingga 19 Maret 2019, rupiah menguat 1,05 persen secara point to point dan 0,85 persen secara rerata. Catatan itu didukung aliran masuk modal asing yang besar ke pasar keuangan domestik terutama terjadi di pasar Surat Berharga Negara, sedangkan pasar saham mencatat aliran keluar.
BI memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan prospek eksternal yang membaik.
"Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News