Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan penurunan tersebut ditempuh Bulog karena melihat realisasi serapan 2017 yang meleset. Tahun lalu realisasi serapan beras petani hanya mencapai 2,2 juta ton atau 58 persen dari total target sebanyak 3,73 juta ton.
"Bulog realistis saja dengan capaian target tahun lalu," ucap dia dalam acara media gathering di Aston Cirebon, Jawa Barat, Rabu, 17 Januari 2018.
Selain itu, penghapusan program beras keluarga sejahtera (Rastra) juga berpotensi menurunkan serapan beras yang diproduksi oleh Bulog. Pasalnya program tersebut digantikan oleh skema Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Lewat skema ini, keluarga penerima manfaat (KPM) dibebaskan untuk memilih beras dan sembako sesuai keinginan. Adapun total BPNT akan disalurkan kepada 10 juta KPM tahun ini.
"Pertimbangan kita murni karena pasar. BPNT itu tidak mesti mengambil beras Bulog sehingga Rastra tercabut," imbuhnya.
Oleh sebab itu, Bulog berencana membangun konsep khusus untuk program BPNT dengan menyalurkan beras komersial murni di warung-warung elektronik. Sedikitnya 1,5 juta ton beras komersial akan diproduksi di gudang-gudang Bulog. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya di bawah 500 ribu ton.
"Jadi, sambil mengurangi Rastra lalu menambah beras komersial. Namun, kita harus berupaya keras karena ini sesuatu yang baru," ungkap dia.
Bulog pun telah menganggarkan dana sebesar Rp2,8 triliun untuk membangun infrastruktur logistik pangan. Dana tersebut diperoleh dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2 triliun serta kas internal Bulog sebesar Rp800 miliar.
Pembangunan infrastruktur fisik yang direncanakan tersebut antara lain penggilingan beras (Rice Milling Unit/RMU), mesin pengolahan beras (rice to rice processing) serta gudang tempat penyimpanan beras.
"Tahun lalu gudang kita tidak optimal yang kita lakukan perbaikan pada gudang. Untuk capai target kita tahun ini," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News