Pakar Kebohongan Handoko Gani (MTVN/Annisa Ayu Artanti)
Pakar Kebohongan Handoko Gani (MTVN/Annisa Ayu Artanti)

Cara Mengetahui Seseorang Berbohong atau Tidak

Annisa ayu artanti • 08 November 2015 11:30
medcom.id, Jakarta: Dalam sebuah kehidupan, terkadang seseorang harus berbohong untuk suatu alasan tertentu. Tentu sulit bagi orang lain mengetahui seseorang itu berbohong atau tidak ketika tengah melakukan komunikasi, sehingga dibutuhkan beberapa pengetahuan guna mengetahui seseorang berbohong atau mengatakan hal yang jujur.
 
Pakar Kebohongan Handoko Gani mengatakan ada beberapa cara untuk mengetahui seseorang berbohong atau tidak. Cara-cara tersebut terbilang tidaklah sulit, bahkan dapat diterapkan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.
 
"Kita lihat lima dulu. Untuk melihat kebohongan bisa dilihat dari wajah, gestur, suara, kata, dan gaya bicara. Wajah adalah kanal yang paling terpercaya. Gestur kedua," kata Gani, di acara Festival Bohong Indonesia (FBI), PPHUI/Usmar Ismail, Kuningan, Jalan Rasuna Said, Jakarta, Sabtu 7 November.

Menurut Gani, mimik muka adalah salah satu cara untuk melihat guna mengetahui seseorang berbohong atau tidak. Berdasarkan studi, Gani menjelaskan, kebohongan bisa dilihat dari mimik muka baik dari sisi makro maupun dari sisi mikro.
 
Mimik muka makro bisa diketahui berdasarkan ketidakselarasan wajah dengan suara, ekspresi, dan gestur. Misalnya seseorang mengatakan dirinya senang, tapi raut muka memperlihatkan sebaliknya atau raut mukanya tidak senang. Sudah pasti seseorang itu berbohong.
 
"Makro pada dasarnya emosi yang ada di wajah selaras, hanya satu atau lebih dari satu. Kita bisa langsung melihat kebohongan dari sana, kalau itu lebih dari satu," jelas dia.
 
Sementara mimik muka mikro merupakan feed back dari reaksi tubuh yang diperintahkan otak untuk mengungkapkan emosi yang diinginkan. Sedangkan untuk gestur merupakan cara kedua untuk mengetahui seseorang berbohong atau tidak setelah melihat mimik muka. Hal itu dikarenakan gestur bukan cara umum untuk melihat sebuah kejujuran atau kebohongan.
 
"Gestur tidak merupakan kanal yang terpercaya. Gestur itu tergantung gender, suku bangsa, profesi, kondisi tubuh, dan kondisi fidiologi tubuh," jelas dia.
 
Menurut Gani, gestur dipengaruhi oleh banyak hal dan merupakan kanal yang kurang terpercaya dibandingkan dengan mimik muka. Berdasarkan riset, mimik muka terbukti memancarkan emosi secara umum. Artinya, dari mana kita berasal tidak peduli suku apa maka ekspresi yang dikeluarkan lewat mimik muka akan sama secara umum.
 
Lebih lanjut, Gani berharap, melalui Festival Bohong Indonesia ini masyarakat bisa lebih teredukasi dan dapat meluruskan hal-hal yang bersifat judgemental. Selain itu, diharapkan juga bisa mengetahui tanda-tanda pasti seseorang melakukan kebohongan atau kejujuran.
 
"Satu mengedukasi. Meluruskan hal-hal yang bersifat judgemental yang ada di masyarakat. Tentang tanda-tanda pasti kebohongan. Atau tanda-tanda pasti kejujuran. Kita mau luruskan," pungkas dia. (adv)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan