"Perlu diingat, pertumbuhan ekonomi di semester I hanya 4,7 persen. Sedangkan pertumbuhan industri kita mencapai 5,21 persen. Masuk semester II, pertumbuhan ekonomi kita turun 4,67 persen. Sedangkan pertumbuhan industri naik 5,27 persen," ujar Saleh Husin, di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Jumat 14 Agustus 2015.
Dia menjelaskan buruknya pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak memberikan pengaruh bagi laju pertumbuhan industri. Ia juga menambahkan sektor yang memberikan pengaruh naiknya laju pertumbuhan industri adalah sektor farmasi, makanan dan minuman, industri logam, dan industri automotif.
"Farmasi merupakan sektor tertinggi dengan menyumbang sekitar sembilan persen. Kemudian sektor makanan dan minuman sekitar delapan persen, industri logam sekitar tujuh persen, dan industri automotif sekitar lima persen," tutur Saleh Husin.
Sedangkan untuk sektor yang paling sedikit memberikan pengaruh bagi laju pertumbuhan industri adalah sektor tekstil. "Tekstil minus," katanya.
Ke depannya, Saleh berharap semua sektor bisa berkembang lebih baik di semester II untuk memberikan pengaruh ke laju pertumbuhan industri maupun pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News