Ketua Paguyuban Parsel Cikini Adi mengatakan rata-rata pedagang hanya menjual sebanyak lima paket parsel per hari atau meraup untung sekitar Rp2 juta.
"Omzet tahun ini menurun drastis, penjualan agak lesu. Biasanya dua hari mau Lebaran sisa barang sedikit. Penurunannya sekitar 50 persen," ujar Adi saat dihubungi Medcom.id. Selasa, 4 Juni 2019.
Menurutnya, penjualan parsel Lebaran ini terkoreksi akibat kerusuhan 22 Mei kemarin. Sebab, selama tiga hari para pedagang terpaksa menutup toko mereka.
"Kerusuhan 22 Mei kemarin banyak yang jadinya tidak belanja, biasanya dua hari menjelang Lebaran lagi hebat-hebatnya omzet," imbuh dia.
Hingga saat ini, katanya stok parsel di kawasan Cikini masih menumpuk. Adapun parsel berisi makanan dan minuman kemasan lebih diminati pembeli daripada parsel berisi cangkir keramik maupun kaligrafi.
Harga parsel yang dijual pun bervariasi, untuk kelas ekonomi, para pedagang mematok harga Rp300 ribu sampai Rp500 ribu. Untuk kelas menengah ke atas parsel yang dijual berkisar Rp500 ribu sampai Rp2 juta.
"Situasinya sampai sekarang dari mulai SDM sampai UBK itu masih banyak parselnya, posisinya masih banyak banget.Untuk yang paling laris tahun ini parsel makanan, kalau keramik orang tertentu saja yang beli," ungkapnya.
Salah satu pedagang parsel, Latif, 32, mengungkapkan penurunan omzet penjualan parsel tahun ini lantaran konsumen lebih banyak memesan lewat marketplace atau belanja online. Biasanya pembeli langsung mendatangi kawasan Cikini.
Biasanya Latif dapat menjual hingga 30 paket parsel per hari, tapi menjelang Lebaran tahun ini dia hanya mampu menjual paling banyak lima sampai 10 paket sehari dengan keuntungan mencapai Rp2 juta.
"Sekarang lima paket atau 10 paket paling banyak, tahun lalu 15-30 paket," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News