Ilustrasi.
Ilustrasi.

Ekonom INDEF Khawatir Bukalapak Tutup Lapak & Pengaruhi EMTK

Fauzan Hilal • 13 September 2019 13:25
Jakarta: Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara khawatir keterbatasan modal akan membawa Bukalapak berujung pada tutup lapak.
 
Hal itu merespons Bukalapak yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal karyawannya. "Bagian yang justru di-PHK, ada di customer service. Idealnya, semakin penjualan naik, CS-nya ditambah, bukan malah di-PHK," kata Bhima, Jumat 13 september 2019.
 
Bhima mengatakan modal ventura atau investor yang menyuntik dana ke e-commerce memiliki keterbatasan. Apalagi, sejumlah negara asal investasi dari AS, negara-negara Eropa, Jepang, China sekarang ini sedang mewaspadai resesi ekonomi global.
 
"Pastinya akan berpengaruh pada suntikan modal yang disalurkan ke Indonesia. Entah secara langsung ke Bulalapak atau lewat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)," tuturnya.
 
Bukalapak merupakan salah satu cucu perusahaan yang dimiliki EMTK melalui anak perusahaannya, PT Kreatif Media Karya (KMK).
 
KMK merupakan pemegang saham utama Bukalapak dengan porsi kepemilikan mencapai 35,17%. Sedangkan, KMK dimiliki sepenuhnya oleh EMTK dengan porsi kepemilikan saham sebesar 99,99%.
 
Dia khawatir bila investor Bukalapak tidak kuat lagi menghadapi persaingan promo diskon besar-besaran, hal itu akan berujung pada tutupnya Bukalapak. 
 
"Dalam kasus Bukalapak, ini ada kekhawatiran ke sana. Ada kekhawatiran, pada ujungnya kalau investornya sudah tidak kuat menyuntik modal, maka dia akan merger atau akan dijual ke perusahaan e-commerce yang lebih besar," ungkap Bhima.
 
Hal tersebut pernah terjadi di bidang transportasi online, dari yang tadinya ada 10 perusahaan, kini tersisa dua perusahaan saja. 
 
"Jangan sampai nanti kasusnya seperti Uber di Indonesia, akhirnya harus merger dengan perusahaan online lain yang lebih besar," katanya.
 
Ujung-ujungnya, lanjut Bima, the winner takes all. Jadi, yang bisa bertahan adalah pemilik modal terkuat. "Nanti ujungnya e-commerce ini diperkirakan akan hanya 1, 2 pemain besar yang bisa bertahan, yang lain akan diakusisi atau merger alias tutup," tuturnya.
 
Di sisi lain, secara makro, Bhima melihat seluruh pemain ritel, baik online maupun konvensional terkena dampak dari  pelemahan konsumsi akibat penurunan daya beli, khususnya di kelas menengah.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan