"Jadi kalau lihat dari agregat supply atau penawaran agregat itu masih lebih tinggi dari penawaran permintaan agregat. Artinya, output gap itu masih negatif," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di kompleks perkantoran BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat, 22 Februari 2019.
Kondisi output gap yang masih negatif, jelasnya, menunjukkan bahwa tekanan inflasi dari permintaan masih terkendali. Meskipun faktor permintaan dalam negeri mengalami kenaikan.
Selain itu, sambungnya, ekspektasi bank sentral terhadap pergerakan harga-harga sepanjang Februari 2019 juga rendah. Di Februari 2019, BI memperkirakan perkembangan harga terjadi deflasi 0,07 persen (mtm), sedangkan secara tahunan terjadi inflasi sebesar 2,58 persen (yoy).
"Ketiga, inflasi yang dari luar negeri baik karena rupiah maupun imported inflation itu tetap rendah. Semuanya mendukung inflasi inti yang terkendali," tegas dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi perkembangan harga pada Januari 2019 terjadi inflasi 0,32 persen mtm. Beberapa komoditas yang dominan memberi sumbangan inflasi, seperti ikan segar sebanyak 0,06 persen, beras sebesar 0,04 persen, tomat 0,03 persen, dan bawang merah 0,02 persen.
Di periode yang sama, inflasi inti tercatat sebesar 0,30 persen. Sementara inflasi inti secara tahunan tercatat sebesar 3,06 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News