"Sementara ekspor makanan olahan kita ke UEA pada 2013 baru mencapai 17.886 ton dengan nilai USD50,35 juta. Ini peluang menuju pasar yang lebih besar," jelas Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Nus Nuzulia Ishak, dalam siaran persnya, di Jakarta, Minggu (30/11/2014).
Menurut Nus, konsumsi makanan menjadi pengeluaran utama negara-negara di kawasan tersebut dan diprediksi mencapai 49,1 juta ton pada 2017 dengan pertumbuhan sebesar 3,1 persen setiap tahunnya.
Nus menjelaskan, pertumbuhan ini digerakkan oleh pertumbuhan populasi, kenaikan pendapatan per kapita, dan booming-nya industri pariwisata di Kawasan Teluk. Tingkat konsumsi makanan yang begitu tinggi menjadi salah satu alasan Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam SIAL Middle East 2014 yang diselenggarakan pada 24-26 November beberapa hari lalu di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Abu Dhabi, UEA.
Mengusung tema "Trade with Remarkable Indonesia", Paviliun Indonesia yang terletak di Hall 2 Zone B ini menampilkan 12 perusahaan makanan dan minuman olahan, yaitu PT Aksara Kencana Putra (teh dan madu), PT Mulia Boga Rasaya (keju), PT Dua Kelinci (kacang), dan PT Pondan Pangan Makmur Indonesia (cake mix, puding, ice cream).
Kemudian PT Toba Surimi Industries (canned & frozen seafood), PT Manohara Asri (peanut), PT Medan Tropical Canning & Frozen Industries (canned & frozen seafood), PT Indojaya (confectionary), Rezeki Inti Artha (ikan tuna), Aquasolve Sanaria (oral film stripe), CV Purnama Raya (snack), serta CV Packaging House (packaging).
Pameran SIAL Middle East merupakan salah satu pameran makanan dan minuman internasional terbesar di Kawasan Teluk yang diadakan setiap tahun. Menempati lahan seluas 53,541 m2, pameran ini menampilkan kategori produk antara lain fruits & vegetable, meat and poultry, tea, coffee, food, beverages, organic products, grocery, seafood, healthy products & food supplement.
"Tahun lalu, pameran ini diikuti oleh 1.211 exhibitors dari berbagai industri makanan dan minuman dan dikunjungi lebih dari 40.851 buyers dari berbagai negara.
"Diharapkan partisipasi Indonesia pada pameran ini tak hanya mempromosikan produk makanan dan minuman Indonesia yang berdaya saing, tapi juga membuka peluang untuk meraih transaksi jangka panjang sehingga pada akhirnya meningkatkan nilai ekspor nonmigas ke UEA," pungkas Nus.
Adapun UEA kini masih menduduki posisi ke-19 sebagai negara tujuan ekspor produk makanan olahan. Dalam lima tahun terakhir, nilai ekspor produk makanan olahan ke UEA mengalami tren pertumbuhan positif sebesar 9,23 persen. Nilai ekspor makanan olahan ke UEA pada periode Januari-Agustus 2014 mencapai angka USD35,29 juta dan tumbuh 9,6 persen dibandingkan periode yang sama setahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News