Kegiatan giling pabrik gula. ANTARA FOTO/Eric Ireng
Kegiatan giling pabrik gula. ANTARA FOTO/Eric Ireng

Satu Lagi Pabrik Gula Rafinasi akan Berhenti Operasi

Anshar Dwi Wibowo • 02 Desember 2014 19:05
medcom.id, Jakarta: Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) meminta pemerintah segera memberi izin impor gula mentah (raw sugar). Pasalnya, satu lagi pabrik gula rafinasi terancam berhenti beroperasi dalam 10 hari kedepan karena akan kehabisan bahan baku.
 
"Sudah ada empat pabrik gula yang stop produksi. Pabrik ini (Sentra Usahatama Jaya/SUJ) akan stop 10-15 hari lagi karena mempunyai keterbatasan bahan baku," ujar Ketua AGRI Wisnu Hendraningrat saat menerima kunjungan Menteri Perindustrian Saleh Husin di lokasi pabrik SUJ, Cilegon, Banten, Selasa (2/12/2014).
 
Wisnu mengatakan, beban yang ditanggung pengusaha terbilang besar. Untuk empat perusahaan yang berhenti operasi sejak Oktober 2014 biaya yang mesti ditanggung mencapai Rp600 juta. Itu termasuk biaya untuk membayar gaji, bunga bank, dan komponen biaya lainnya. Selain itu, masing-masing pabrik sudah merumahkan karyawan yang mencapai setengah dari total karyawan.

Keempat perusahaan tersebut di antaranya PT Berkah Manis Makmur, PT Makasar Tene, PT Duta Sugar International, dan PT Dharmapala Usaha Sukses.
 
Sementara itu, Presiden Direktur PT Sentra Usahatama Jaya Hansen Setiawan mengatakan, sekitar 7-10 hari pabriknya bakal berhenti produksi. Saat kunjungan ke dalam gudang, kapasitas produksi pabrik yang sebesar 550 ribu-600 ribu ton per tahun memang nampak tidak penuh.
 
Oleh karenanya, dia berharap, bisa segera mendapatkan kejelasan pasokan bahan baku gula mentah. Pasalnya, hitungan AGRI proses importasi gula mentah hingga sampai ke gudang berkisar 1,5 bulan.
 
"Mudah-mudahan kami bisa diberikan kejelasan soal pasokan bahan bakunya. Juga untuk industrinya secara keseluruhan, sama-sama kerja sama segala sisi antara gula rafinasi, gula petani, BUMN.
 
Direktur Eksekutif AGRI Yamin Rahman mengatakan, biasanya kuota impor gula rafinasi sudah dikeluarkan pada November. Namun, sampai saat ini belum ada indikasi izin akan dikeluarkan. Dia menilai, kebutuhan impor gula tahun ini sebenarnya 3 juta ton. Namun karena ada pemotongan dari Kementerian Perdagangan, impor yang diizinkan hanya 2,8 juta ton.
 
"Berdasarkan planning 1 tahun dibuatlah jadwal proyeksi dan harus continue, tapi kemudian terjadi penalti padahal industri minuman yang bertambah. Dampaknya itu mungkin nanti sudah kontrak itu tidak bisa dilayani penuh. Berapa hari lagi sudah tidak jalan," katanya.
 
Adapun pada 2015, Yamin meminta kepada Kementerian Perindustrian untuk menaikkan kuota menjadi 3,2 juta ton. Hal ini berlawanan dengan sikap Kementerian Perdagangan yang menghendaki izin impor gula mentah lebih rendah dari izin 2014 yang sebesar 2,8 juta ton. Kuota impor raw sugar 2014 sendiri turun dari periode 2013 sejumlah 3,19 juta ton.
 
"Tahun depan 3,2 juta ton. Itu sudah memperhitungkan permintaan," tuturnya.
 
Menteri Perindustrian Saleh Husin yang sempat berdiskusi dengan AGRI berharap, kondisi tersebut jangan sampai mengganggu industri makanan dan minuman, sebab dampaknya akan semakin besar.
 
"Tidak terlalu lama bisa ambil keputusan. Hasil diskusi ini akan dilaporkan ke Wapres Jusuf Kalla," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan