"Sebagian dana itu untuk peremajaan kelapa sawit dan hilirisasi," kata Direktur Utama Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Bayu menambahkan dana itu lebih banyak ketimbang himpunan dana sawit yang mencapai Rp6,9 triliun di 2015. Perhitungan kenaikan itu untuk menjaga volatilitas harga yang terjadi akibat pergolakan komoditas.
"Karena setiap penurunan minyak bumi sebesar USD1 per barel membutuhkan tambahan dana sekitar Rp350 miliar. Jika harga minyak USD40 per barel dan harga CPO 500 per ton membutuhkan dana sebesar Rp9,5 triliun," ujarnya.
Dia mengakui dana itu dapat digunakan sebagai cadangan hingga delapan atau sepuluh bulan ke depan. Diharapkan hasil dari pungutan tersebut sudah mulai menuai hasil sebelum akhir tahun.
"Kami harapkan bisa mendapatkan tambahan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News