Saat ini pemerintah telah memperbolehkan swasta untuk terlibat dalam research and development (R&D), termasuk di sektor pertanian. Dengan begitu, pengembangan teknologi dalam menggenjot produktivitas pangan tidak hanya bergantung pada pemerintah saja.
"Jadi swasta bisa melakukan investasi yang menuju pada inovasi bidang pertanian maupun pengolahan hasil pertanian. Jadi intinya tak harus pemerintah semata yang melakukan penelitian inovasi ini tapi dengan swasta juga," kata dia dalam Rakornas Kadin di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Selasa, 5 November 2019.
Dirinya menambahkan, saat ini sudah banyak perusahaan indonesia yang punya unit R&D cukup bagus, produktif dan memerkuat daya saing. Tinggal mereka dipertemukan dengan komunitas peneliti sehingga penelitian yang dikembangkan bisa diteruskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar.
"Kita akan membangun komunikasi yang intensif antara Kadin, dunia usaha dan Kemenristek termasuk melibatkan lembaga yang terlibat dalam penelitian itu sendiri. Kedua kita ingin mendorong adanya insentif super tax deduction sebagai sarana untuk dunia usaha dan dunia peneilitian itu agar bisa saling memahami dan kerja sama," jelas dia.
Bambang berharap kerja sama berbagai pihak untuk mendorong riset dan inovasi akan berujung pada peningkatan produktivitas hasil pertanian. Apalagi tantangan di sektor pertanian yang ada saat ini cukup beragam.
"Terutama dikaitkan dengan keterbatasan lahan, dikaitkan dengan perubahan iklim, yang ketiga harus memperhatikan kawasannya sendiri karena barangkali Indonesia ini dengan diversifikasi iklimnya mengakibatkan benih di satu tempat, berbeda dengan tempat lain," ungkapnya.
Selain pemanfaatan teknologi, pemerintah juga menginginkan adanya kerja sama antara petani dengan dunia usaha. Bambang menilai perlu adanya model kemitraan dari petani dengan skala bisnis kecil kepada industri yang berskala menengah besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News