"Kenapa serangan ini meningkat salah satunya disebabkan sudah sekian lama harga karet rendah yang menyebabkan petani tidak punya kekampuan untuk memupuk atau merawat tanamannya. Uangnya tidak cukup akibat dari rendahnya harga karet yang berlangsung cukup lama," ujarnya dalam jumpa pers di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu 24 Juli 2019.
Kasdi menuturkan rendahnya harga karet sudah berlangsung sejak lama. Karenanya, tak heran bila penyakit gugur daun karet telah merambah lima wilayah produksi tanaman karet nasional seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.
"Harga karet rendah sudah berlangsung lama," imbuh dia.
Jika pemerintah tidak mengantisipasi, serangan cendawan pestalotiopsis akan meluas ke wilayah lainnya seperti Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Lampung.
Saat ini pemerintah telah mengendalikan pertumbuhan cendawan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif heksakonazol atau propikonazol serta memberikan bantuan pupuk untuk meningkatkan ketahanan tanaman karet terhadap serangan penyakit tersebut.
"Ini tindakan rutin, karena juga dilakukan tahun lalu dan bisa mengurangi penyebaran hingga 80 persen," tambahnya.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menambahkan harga karet telah mengalami peningkatan sejak Januari 2019. Saat ini, harga karet TSR 20 di tingkat internasional berada di atas USD1,4 per kilogram.
“Pemerintah akan terus menjaga produktivitas dan harga karet alam, termasuk dengan menangani penyakit gugur daun karet ini, peremajaan karet rakyat, maupun upaya-upaya lainnya," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo menambahkan serangan jamur ini telah menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan bahan baku karet. Hal ini turut berdampak pada penurunan ekspor karet hingga 200 ribu ton pada Januari-Juni 2019.
"Sebenarnya tahun lalu juga ada penurunan, kita tidak merasa ini abnormal tapi musiman. Namun tahun ini kok luar biasa turunnya," kata Moenardji.
Adapun Indonesia memiliki perkebunan karet dengan luas yang mencapai 3,66 juta hektar pada 2017. Luasan tersebut memberikan kontribusi produksi sebesar 3,68 juta ton dan produktivitas 1,19 ton/ha.
Perkebunan karet Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 85 persen dan menciptakan lapangan kerja bagi 2,5 juta KK dengan rata-rata luas kepemilikan +1,25 ha. Karet juga merupakan salah satu andalan ekspor yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Volume ekspor mencapai 2,99 juta ton dengan nilai USD5,10 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News