"Dari sisi perbankan siap hadapi MEA. Kalau itu sudah siap kita. Karena di kita sudah banyak bank yang dimiliki Malaysia, Singapura dan sebagainya," ujar Sigit di Griya Perbanas, Jalan Perbanas, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (3/9/2015).
Menurutnya, tanpa ada MEA sekalipun sudah banyak bank asing yang membuka kantor cabang di Indonesia. Sementara di saat yang bersamaan, perbankan Tanah Air masih belum siap untuk masuk ke pasar negara lain.
"Perlu strategi kuat. Cetak biru yang kuat pemerintah sebagai pemilik bank dan semua pemangku kepentingan apakah punya mimpi yang sama dengan perbankan. Kita punya mimpi jadi bank yang kuat di Asia Tenggara dengan masuk ke pasar yang lain di luar. Kalau pemilik bank melihat pasar Indonesia masih luas, kenapa mesti merantau ke negeri orang yang belum jelas," jelasnya.
Kondisi tersebut yang menurut Sigit justru menghambat kesiapan perbankan Indonesia untuk melakukan ekspansi. Ditambah lagi, pemerintah juga dinilai tidak sungguh-sungguh mendorong perbankan di Tanah Air untuk membuka kantor cabang di negara ASEAN lainnya secara agresif.
"Tapi kalau jangka panjang di Asia Tenggara kalah. Selain domestik ya itu risiko dari pilihan tadi. Saya tidak bisa bilang mana yang benar dan mana yang salah, karena yang mengambil (keputusan) orang banyak," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News