Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan rencana pemerintah mengumumkan regulasi harga tiket pesawat bukan menjadi sentimen utama.
Ia menyebutkan, sejak Mei 2016 harga saham maskapai pelat merah tersebut memang sudah menurun. Hingga Juni 2018 pun tidak ada peningkatan yang berarti.
"Memang cukup banyak faktornya, salah satunya adalah laporan keuangan yang kurang baik dari Garuda," kata Nico kepada Medcom.id, Selasa, 26 Maret 2019.
Namun demikian, dari Juli 2018 saham Garuda Indonesia menunjukkan arah positif dengan terus merangkak naik. Tetapi karena tidak diikuti dengan volume yang terjaga, menyebabkan saham Garuda dapat turun sewaktu-waktu.
Untuk saat ini, saham Garuda Indonesia memang terus tergerus. Salah satu faktornya adalah masalah tarif tiket pesawat. Namun demikian, Nico tidak melihat hal tersebut sebagai faktor besar, sebab Garuda Indonesia memiliki pasar tersendiri.
"Memang mengenai tiket sebetulnya sedikit banyak memiliki pengaruh, namun bagi Garuda salah satu perusahaan penerbangan yang memiliki reputasi baik tetap memiliki penggemarnya. Sehingga tidak khawatir akan kenaikan harga tiket," tambah dia.
Ia juga melihat saat ini Garuda Indonesia terus berbenah. Jika Garuda Indonesia mampu menyelesaikan segala permasalahan yang ada di tubuh perusahaan, khususnya perbaikan laporan keuangan, maka harga saham GIAA diprediksi akan terangkat.
Pada Selasa siang, 26 Maret 2019, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berencana mengumumkan aturan baru terkait tiket pesawat sore ini. Aturan tersebut sebagai tindak lanjut dari protes masyarakat yang menilai harga tiket pesawat saat ini terlalu mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News