"Pada waktu rupiah lemah, asumsi kita semua, orang mebel untung b, dolar Amerika (USD) tadinya Rp13 ribu tiba-tiba hampir Rp15 ribu toh. Namun jangan salah, kondisi ini juga diketahui buyer," ujar Executive Directur Asmindo Lisman Sumardjani saat ditemui di Hotel Double Tree, Jakarta Pusat, Senin (12/10/2015).
Dirinya menambahkan, importir banyak yang menekan harga produk mebel lantaran mengetahui USD sedang menguat di Indonesia. Selain importir, suplier juga melakukan penekanan harga lantaran mengetahui juga adanya penguatan USD di tanah air.
"Kemudian suplier kita, mereka tahu juga. Jadi kurang lebih sama, buat pengusaha bukan soal besar kecilnya kurs tapi soal kepastian kurs," kata Lisman Sumardjani seraya mengatakan negara importir meminta harga diskon untuk mebel.
Di sisi lain, dengan tertolongnya industri mebel dengan kurs, membuat industri tersebut terhindar dari pemutusan hubungan kerja (PHK). "Kita tidak mengalami PHK, kita tertolong di kurs," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News