Darmin memandang keputusan BI menurunkan BI rate tentunya ikut menkaji dua hal yakni inflasi dan kredit. Untuk inflasi, menurut Darmin cukup terendali, meski pada awal bulan ramadhan kenaikan harga bahan pokok membuat pasar gusar.
Selain itu, otoritas moneter tentu melihat adanya perlambatan kredit, sehingga mungkin saja, pikir Darmin, perlu adanya dorongan untuk menumbuhkan penyerapan dan penyaluran kredit yakni dengan memberi bunga rendah.
"Jadi gabungan dari dua itu cukup untuk BI menjustifikasi BI rate," kata Darmin di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/6/2016) malam.
Darmin, yang pernah menjabat sebagai Gubernur BI era Presiden SBY jilid II ini tak menampik tren pelonggaran kebijakan moneter masih akan berlangsung ke depannya, selagi inflasi menunjukkan angka yang rendah.
Di sisi lain, dirinya mengatakan dengan tren seperti itu memberi ruang untuk mengerek pertumbuhan konsumsi masyarakat yang selama ini menjadi penopang performa ekonomi yang ditunjukkan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Bahkan, pria yang akrab disapa Opung (sebutan kakek dalam budaya Batak) oleh para rekan-rekan media ini menyatakan secara bertahap pertumbuhan konsumsinya bisa tembus ke angka lima persen, merangkak naik dari yang selama ini hanya tumbuh di zona 4,9-an persen.
"Biasanya kalau BI rate turun, konsumsi cenderung naik," ulas Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id