Laba yang anjlok ini memberikan dampak besar bagi laba bersih per saham menjadi Rp77 per saham per Maret 2016, atau turun 22 persen bila dibanding posisi di kuartal I-2015 sebesar Rp99 per saham.
"Grup Astra masih mengalami rendahnya permintaan otomotif dan lemahnya harga komoditas, serta penurunan kualitas kredit korporasi di Bank Permata. Kondisi bisnis diperkirakan masih menantang," ungkap Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (26/4/2016).
Sejalan dengan laba yang menipis, pendapatan bersih perseroan pun mengalami penurunan tujuh persen, dari posisi Rp45,18 triliun di kuartal I-2015 menjadi Rp41,88 triliun per Maret 2016.
"Grup Astra mengalami penurunan pendapatan alat berat dan pertambangan serta agribisnis. Bersamaan dengan itu, terdapat penurunan kontribusi pendapatan bersih dari Toyota Sales Operations, setelah pelaksanaan restrukturisasi model distribusi dua tingkat (two-tiered). Profitabilitas mengalami penurunan disebabkan oleh turunnya kontribusi dari alat berat dan pertambangan, jasa keuangan, teknologi informasi dan otomotif," jelas Prijono.
Laba grup Astra disumbang dari berbagai lini bisnis. Otomotif menyumbang Rp1,58 triliun, jasa keuangan Rp641 miliar, alat berat dan pertambangan Rp442 miliar, agribisnis Rp333 miliar, infrastruktur, logistik dan lainnya Rp82 miliar, serta teknologi informasi senilai Rp34 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id