Sekadar diketahui, kebutuhan dunia terhadap produk kakao saat ini cukup tinggi. Namun, permintaan dan kebutuhan ini tak diimbangi dengan produksi kakao itu sendiri.
"Permintaan naik 10 persen, produksi kakao hanya naik tiga persen di dunia," kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, usai rapat di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2015).
Pemerintah pun mendesak peningkatan produktivitas. Rataan produksi sekitar 500 hingga 800 kilo per tahun dalam satu hektare harus bisa ditingkatkan lagi. Target peningkatan pun dua kali lipat, 1-1,5 ton per hektare. Jika hal ini tercapai, Aher menyebut, Indonesia dapat menjadi produsen terbesar di dunia.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh menyebut, pertemuan hari ini merupakan tindak lanjut Konferensi Kakao Internasional yang diadakan di London 15 Mei silam. Indonesia, kata dia, memiliki target menjadi produsen kakao nomor satu di 2020 nanti.
"Presiden dan Wapres targetkan 2020 Indonesia akan jadi penghasil kakao nomor satu di dunia, melampaui Pantai Gading," kata dia.
Cara peningkatan hasil produksi ini masih terus dibahas hingga saat ini. Hal ini, kata dia, menjadi tugas kepala daerah masing-masing untuk menggairahkan kembali hasrat petani kakao. "Harus ada pendampingan, penyuluhan, pupuk yang baik, bibit yang baik, dan petani yang bergerak. Itulah tugas kami kepala daerah untuk menggairahkan kembali itu," pungkas Anwar.
Dalam pertemuan itu hadir Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Muslim Kasim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News