"Sebagai industri keamanan strategis, Pindad harus mulai membangun industri pertahanan yang berbasis digital," kata Deputy Direktur Utama Pindad Achyarmansyah Lubis, dalam pernyataan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa (1/11/2016).
Untuk membangun pertahanan dan keamanan siber itu, Pindad melibatkan berbagai sektor, akademisi, perangkat negara, komunitas siber dan industri teknologi siber.
Ia menjelaskan, riset teknologi menjadi bagian penting untuk segera melakukan transfer teknologi dalam lima tahun ke depan karena untuk menjaga kerahasiaan informasi, maka pertahanan siber harus diawasi sepenuhnya oleh tenaga ahli Indonesia.
"Kerahasiaan dan keamanan adalah kemenangan," tegasnya.
Ia menilai, perang masa mendatang tidak hanya perang konvensional, tetapi juga perang propaganda melalui media internet dan serangan siber.
Oleh karena itu, Indonesia harus mempunyai kekuatan untuk menangkal serangan siber yang mengancam ketahanan bangsa salah satunya dengan membentuk badan yang mengoordinasikan keamanan siber.
Menurut dia, ancaman serangan siber sudah serius, terbukti berdasarkan data "Indonesia Security Incident Response Team on Internet Instrastructure" (IDSIRTII) terdapat 48,8 juta serangan siber sepanjang 2015.
Pembentukan anak usaha Pindad itu juga disambut baik Dr Munawar Ahmad ZA, dosen tehnik Informatika ITB, karena ke depan semua senjata perang akan dilengkapi dengan kemampuan siber antara lain pengendalian jarak jauh, lebih akurat, mampu mengatasi medan lebih baik, dan mampu mengendalikan senjata lawan.
Munawar yang menjadi tenaga ahli PBB bidang keamanan siber mengungkapkan dengan penguasaan siber maka sebuah senjata lawan bisa dikendalikan dan bisa berbalik memusnahkan kawan mereka sendiri.
"Industri pertahanan Indonesia harus memulai penguasaan teknologi siber," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id