"Listrik masih menjadi kendala infrastruktur nomor satu. Sanitasi di Indonesia masih perlu ada program yang besar. Ketiga air bersih, walaupun ada sistem air tapi pipa-pipa tua masih perlu diganti. Di kota-kota itu harus diutamakan nantinya sistem transportasi umum," kata Direktur ADB untuk Indonesia Steven R Tabor, di Hotel Crowne Plaza, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/1/2016).
Dirinya menambahkan, pembangunan infrastruktur smart city tersebut sangat penting karena 55 persen penduduk di Indonesia sudah tinggal di perkotaan. Bahkan, pada 2030, dua pertiga penduduk akan tinggal di perkotaan yang artinya akan menyumbang 70 hingga 80 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Ini betapa pentingnya kota, namun ada tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan dasar dan harus jadi mesin dari pembangunan ekonomi. Bagaimana kita menjadikan kota yang nyaman untuk dihuni dan memenuhi kebutuhan dasar," jelas dia.
Sementara itu, lanjut Steven, selama 10 tahun ke depan Indonesia membutukan dana mencapai USD500 miliar untuk membangun infrastruktur. Sedangkan ADB hanya menyediakan pinjaman sebesar USD2 miliar per tahun untuk membantu pendanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
"Proporsi pembiayaan dari ADB ini jika dibandingkan dengan biaya yang diperlukan tidak terlalu besar. Jadi masalah pendanaan harus dilengkapi oleh pemerintah. Karena keperluan keuangan sangat besar," pungkas Steven.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News