"Hipmi siap memasok 20 persen kebutuhan kakao nasional, mulai tahun 2015 ini," ujar Ketua Badan Otonom Bidang Bisnis, Investasi dan UKM Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Hardini Puspasari dalam siaran persnya, Selasa (19/5/2015), menyikapi tekad pemerintah Indonesia yang siap memasok kebutuhan kakao dunia, dari hasil Triannual Cocoa Dinner, yang berlangsung di Grosvenor Square, London, Inggris, Minggu (17 Mei 2015).
Optimisme itu, kata dia, didapatkan dari beberapa langkah yang telah dilakukan pemerintah sekaligus juga menjadi program unggulan Badan Otonom Bidang Bisnis, Investasi dan UKM BPP Hipmi. Diantaranya, katanya, pertama melalui gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao (Gernas Kakao), produksi biji kakao Indonesia bisa mencapai 1 juta ton pada 2015-2016. Sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar ketiga di dunia.
Pasalnya, Gernas Kakao merupakan salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan mengoptimalkan seluruh pihak terkait dan sumber daya yang tersedia. Disisi lain, Gernas Kakao juga akan meningkatkan pendapatan petani sebagai implikasi dari peningkatan produktifitas tanaman kakao.
Kedua, peningkatan luas lahan tanaman kakao yang terus ditambah. Sehingga bisa berdampak signifikan terhadap kapasitas produksi kakao. Sebab, katanya, hingga saat ini luas lahan tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.732.641 hektar (ha).
"Kami berharap, pemerintah bisa mendukung ketersediaan lahan tanaman kakao yang digarap oleh anggota Hipmi. Target kami, hingga akhir tahun ini luas lahannya bisa mencapai sekitar 2 juta ha. Sehingga target mencapai 200 ribu ton per tahun, sangat optimis tercapai," tutur Hardini.
Ketiga, lanjut Hardini, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan daya saing produksi kakao milik anggota Hipmi agar bisa menjawab kebutuhan nasional, sekaligus kebutuhan dunia. Langkah intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman kakao akan ditingkatkan dengan metode pengembangan terbaik dan mengoptimalkan peran petani di lapangan.
Jika dari pasokan 200 ribu ton per tahun itu saja, tambah dia, Hipmi bisa berkontribusi 30-40 persen terhadap pasokan dunia, maka akan semakin banyak petani yang meningkat kesejahteraannya.
"Artinya, kontribusi Hipmi, khususnya program unggulan Badan Otonom Bidang Bisnis, Investasi dan UKM BPP Hipmi bagi perekonomian nasional secara signifikan terwujud. Karena itu, kami juga berharap keberpihakan pemerintah yang mendukung usaha produksi kakao Hipmi," papar dia.
Sebelumnya diberitakan, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa kakao terbukti tidak bergolak menghadapi perekonomian dunia. Pasalnya, harga kakao semakin tinggi. Bahkan, kata JK, Indonesia berpotensi untuk tidak lagi mengekspor kakao mentah karena tingginya kapasitas produksi pengolahan kakao di Indonesia.
Pemerintah memproyeksikan, pada tahun 2015 jumlah industri hilir olahan kakao di dalam negeri bertambah menjadi 20 unit dari kondisi saat ini sebanyak 16 unit. Lalu, kapasitas terpasang pada 2015, ditargetkan tumbuh menjadi 950 ribu ton dari 580 ribu ton pada 2011. Sedangkan produksi olahan 2015 ditetapkan bertumbuh menjadi 700 ribu ton dari 268 ribu ton dari kondisi tahun 2011.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News