Menurut dia, praktik monopoli memiliki market power yaitu menetapkan harga sendiri jauh di atas harga dalam persaingan sempurna. Hal ini menimbulkan efek yang kurang menguntungkan bagi konsumen. Dalam bisnis penerbangan, perilaku monopoli yang sesungguhnya terlihat saat peak season. Sebaliknya pada low season, perilaku ini kurang tampak karena terkendala upaya meningkatkan loading factor yang umumnya rendah lewat harga murah.
Poputra mengatakan, praktik monopoli yang kerap terjadi di bisnis penerbangan memiliki tiga akibat buruk, baik bagi masyarakat sebagai konsumen, bagi pemerintah dan bagi perusahaan penerbangan tersebut.
Pertama, kata Poputra, kondisi penerbangan domestik di Indonesia saat ini cenderung mengarah ke monopoli. Pasalnya, terdapat satu grup perusahaan yang diperkirakan menguasai lebih dari 50 persen aktivitas penerbangan.
"Kepastian angkanya perlu dikaji oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), namun kemungkinan besar posisinya seperti itu. Dan mengingat penerbangan merupakan bisnis strategis dan membawa dampak luas bagi masyarakat, maka monopoli kurang menguntungkan. Baik bagi masyarakat maupun pemerintah," paparnya.
Karena itu, ucap Poputra, praktik monopoli berpotensi menimbulkan masalah bagi pemerintah dan masyarakat. Bahkan, lanjut dia, pemerintah akan semakin tergantung pada pelaku monopoli atau monopolistik. Akibatnya, akan menyandera kebijakan pemerintah yang terkait dengan bisnis penerbangan. Dampaknya, persaingan usaha penerbangan semakin menjadi tidak sehat.
Kedua, perusahaan yang memonopoli penerbangan pasti memiliki banyak koneksi penerbangan. Hal ini tentunya membutuhkan time schedule yang ketat. Keterlambatan pada suatu titik dapat mengganggu jadwal secara keseluruhan. Untuk tujuan tersebut, perusahaan penerbangan dimaksud dapat saja menaikkan 'risiko yang dapat diterima' atau lebih berani mengambil risiko.
"Di lapangan dapat terlihat pada cuaca buruk ada penerbangan tertentu yang tetap berani mendarat sedangkan penerbangan yang lain mengalihkan pada bandara yang lain. Selain itu, jadwal pemeliharaan pesawat dapat saja dilanggar. Di sini keselamatan penumpang menjadi taruhan," tukas Poputra.
Ketiga, posisi monopoli membuat konsumen tergantung pada layanan penerbangan monopolistik. Konsumen kurang memiliki pilihan untuk menghindari perusahaan penerbangan yang memberikan kualitas kurang baik. Dalam dunia penerbangan Indonesia, perbedaan kualitas sangat terlihat antara perusahaan penerbangan yang satu dengan lainnya.
Poputra menambahkan banyaknya penerbangan di Indonesia membuat pada jalur tertentu slot-nya menjadi sangat terbatas. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengatur kembali agar distribusi slot tidak menimbulkan monopoli. "Pemberian tambahan slot sebaiknya diberikan kepada penerbangan yang pangsa pasarnya masih kecil namun berkualitas baik. Ini merupakan langkah awal untuk memperbaiki kondisi penerbangan domestik di Indonesia," pungkas Poputra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id