"Benih tembakau ada yang buat Indonesia, khususnya di Jatim. Ada juga yang buat untuk ekspor, yakni Thailand, Malaysia, Myanmar, Vietnam, hingga ke Afrika," ujar Station Manager Lombok PT Sadhana Arifnusa, Kuswanto kepada media di lokasi Training Farm Desa Puyung, Lombok Tengah, Kamis 7 September 2017.
Tembakau Virginia yang diolah perusahaan, bilang Kuswanto, merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan Good Leave yang berasal dari Amerika Serikat (AS). Sebab, Indonesia belum berani memproduksi tembakau.
"Bibitnya asli dari Amerika, kemudian kita lewat masyarakat di sini untuk mengelola dan memproduksinya bagi kebutuhan di dalam maupun luar negeri," jelas dia yang juga pelatih Training Farm di PT Sadhana Arifnusa di Desa Puyung.
Pada saat ini, dia mengaku, produksi benih Tembakau Virginia di Lombok mencapai 160 kilogram (kg) per tahun. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan 15 ribu ha lahan, membutuhkan 105 kg tembakau Virginia tiap tahunnya.
Biaya benih tembakau tiap hektarnya, bilang Kuswanto, tidak perlu merogoh kocek lebih dalam. Pasalnya, dengan mengeluarkan dana sebesar Rp400 ribu, petani bisa memperoleh 7-8 gram benih tembakau yang bisa ditanam di lahan seluas satu hektar (ha).
"Benihnya satu ha butuh 7-8 gram hanya Rp400 ribu. Kalau satu kilogramnya sebanyak Rp50 juta sampai 60 juta lah biaya yang harus dikeluarkan. Kadang-kadang pembeli cerewet," tutur Kuswanto.
Benih tembakau yang diolah perusahaan pada April 2017 memiliki tiga varietas, yaitu GL26H, GF318, NC471.
"Sebelumnya masyarakat menggunakan NC297 dan NC102. Kedua varietas itu telah dikeluarkan sejak tahun 2008. Berbeda dengan tiga varietas yang di atas baru kami keluarkan," tutup Kuswanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News