Dalam pertemuan itu, kedua menlu membahas isu yang menjadi perhatian bersama, salah satunya isu yang terkait dengan kerja sama pengembangan kelapa sawit. Saat ini Nigeria sedang melakukan diversifikasi ekonomi, termasuk ke sektor pertanian kelapa sawit.
Terkait hal itu, Pemerintah Indonesia mengundang Nigeria untuk bergabung dalam Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC), yang dibentuk oleh Indonesia dan Malaysia.
"Kerja sama yang erat antara negara produsen kepala sawit akan berkontribusi dalam menciptakan stabilitas harga dan peningkatan produksi kepala sawit yang berkelanjutan," ujar Menlu Retno dikutip dari Antara, Selasa 6 Juni 2017.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Menlu RI juga menyampaikan bahwa Indonesia dan Nigeria merupakan dua ekonomi besar di masing-masing kawasan dengan jenis keunggulan ekonomi yang saling melengkapi. Untuk itu, hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara merupakan suatu hal yang alami terjalin dan harus terus ditingkatkan.
"Fokus polugri Indonesia kepada Afrika menjadi momentum yang strategis untuk meningkatkan kerja sama ekonomi Indonesia dan Nigeria," kata Retno.
Kedua Menlu juga fokus membahas upaya untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi. Menlu RI menyampaikan bahwa masih banyak ruang untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara.
Nigeria merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia di kawasan Afrika Sub-Sahara, dengan nilai perdagangan kedua negara mencapai USD1,5 miliar pada 2016.
Nigeria juga merupakan negara tujuan utama investasi Indonesia di Afrika, di mana terdapat sekitar 14 perusahaan Indonesia yang berinvestasi di negara tersebut. Selain itu, Nigeria merupakan salah satu negara penting yang menjadi sumber ketahanan energi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News