Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan persepsi investor di pasar keuangan Indonesia cukup baik. Hal ini tercermin dari inflow yang masuk di awal tahun tetapi penyebaran virus korona malah menyebabkan outflow.
"Kemudian tiba-tiba ada korona inflow drop, rupiah langsung terkoreksi. Tapi memang BI enggak kasih tahu level yang kita mau, kita coba smoothing dan kita lihat akhirnya inflow stabil," kata dia di Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Rabu, 26 Februari 2020.
Untuk itu, bank sentral menerapkan tripel intervensi yang dilakukan melalui intervensi di Surat Berharga Negara (SBN), pasar saham, serta lindung nilai melalui mekanisme Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) serta perdagangan mata uang berjangka atau Non Deliverable Forward (NDF).
"DNDF belum banyak negara menerapkan tapi ini sangat efektif smoothing nilai tukar dan memberi ekspektasi. Kemudian mengimbangi NDF, jadi nempel DNDF dan NDF, jadi dia beli lah dolar kalau DNDF. Itu setelmennya di domestik dalam rupiah," jelas dia.
Dia menambahkan langkah BI untuk masuk di bond market dilakukan tak hanya untuk menstabilkan rupiah. BI juga berharap imbal hasil (yield) daripada SBN tetap menarik bagi investor, sehingga tidak menurunkan harga obligasi yang diterbitkan pemerintah.
"Sehingga yield masih 6,5 persen kembali juga dilihat kredibilitas pemerintah yang sangat positif. Ke depan kalau kebijakan, BI sama pemerintah dengan Kemenkeu dan Kemeneko (Perekonomian) akan terus menrrapakan bauran kebijakan yang sifatnya akomodatif," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News