Ilustrasi. (FOTO: Media Indonesia)
Ilustrasi. (FOTO: Media Indonesia)

Ditolak UE, Darmin Pastikan RI Banding Kelapa Sawit

Nia Deviyana • 15 Maret 2019 08:14
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan Indonesia bakal mengajukan banding terkait dicoretnya kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel oleh Komisi Uni Eropa.
 
Dalam keputusan tersebut, kelapa sawit dianggap sebagai komoditas yang menyebabkan deforestasi atau kerusakan hutan. Hal ini tertuang dalam gagasan Renewable Energy Directive (RED) II oleh Uni Eropa sejak November 2018.
 
"Kalau Eropa memang maju terus, kita juga akan pergi ke sana. Kita akan sampaikan pendapat kita, nanti kan dikumpulkan pendapat dari masing-masing negara," ujar Darmin di kantornya, Kamis malam, 14 Maret 2019.

Perwakilan dari Indonesia, tambah Darmin, akan berangkat ke Eropa pada April 2019. Penghapusan biofuel berbasis kelapa sawit (phase out palm oil based biofuel) rencananya akan ditetapkan pada 2030.
 
Jika disahkan, kebijakan tersebut bakal memberi dampak signifikan pada ekspor sawit Indonesia ke Eropa. Sebab, Uni Eropa tak hanya melarang peredaran minyak sawit mentah dan biodiesel tapi juga seluruh produk turunan yang menggunakan minyak sawit mentah.
 
Selain gagasan RED II, industri kelapa sawit di Indonesia tengah mengalami tantangan lain yang membuat ekspor pada tahun ini tidak akan sebaik tahun lalu. Wakil Ketua Umum Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan tuduhan subsidi biodiesel oleh Amerika Serikat (AS) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diatasi.
 
"Di 2017 ekspor sedikit. Di 2018 ada ekspor karena keputusan antidumping kemarin dicopot. Tahun ini tergantung karena tuduhan antisubsidi sedang diproses. Kalau itu dibenarkan, akan terhambat lagi ekspor," ujarnya, belum lama ini.
 
Seperti dijelaskan Togar, Indonesia sempat mendapat tuduhan dumping biodiesel dari Uni Eropa yang mengakibatkan diberlakukannya bea masuk antidumping sebesar 8,8 persen hingga 23,3 persen. Sejak saat itu, ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa mengalami penurunan.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa turun sebesar 42,84 persen dari USD649 juta pada 2013 menjadi USD150 juta pada 2016. Namun untuk tuduhan subsidi biodiesel, Togar mengatakan, ekspor memang kemungkinan turun tetapi tidak sampai nol.
 
"Enggak sampai nol juga sih, tapi akan lebih sedikit dari 2018. Tergantung keputusannya kapan di announce sama mereka," kata dia.
 
Sebagai informasi, pada 2017 ekspor biodiesel tercatat 164 ribu kiloliter dan mengalami peningkatan pada 2018 menjadi sekitar 1,56 juta kiloliter, naik signifikan sebanyak 851 persen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan