Hal ini, kata Marjuki, seiring dengan meningkatnya inovasi di bidang donasi digital. Salah satu contohnya kerja sama antara Go-Pay dengan lembaga non-profit Filantropi Indonesia.
"Harapannya, dengan adanya inovasi donasi digital seperti ini, angka tersebut dapat semakin diturunkan dan menjadikan pengumpulan donasi publik lebih mudah, aman, dan sesuai dengan regulasi yang ada," kata Marjuki di CGV Pacific Place, Jakarta Selatan, Senin, 18 Februari 2019.
Pada kesempatan yang sama, Co-Chair Badan Pengarah Filantropi Indonesia Erna Witoelar mengatakan Go-pay sebagai uang elektronik yang paling banyak digunakan masyarakat menjadi mitra strategis untuk bisa menjangkau lebih banyak donatur.
Ia berpendapat Filantropi Indonesia sebenarnya memiliki potensi donasi yang cukup besar yang nilainya mencapai Rp200 triliun. Namun, faktor kemudahan menjadi salah satu masalah yang menghambat terkumpulnya donasi.
"Selama ini potensi donasi kita cukup besar, nilainya mencapai Rp200 triliun, tapi yang terkumpul secara terorganisir baru sekitar Rp6 triliun per tahun. Makanya kita mau membangun ekosistem digital supaya semuanya mudah," jelas Erna.
Ini bukan kali pertama Go-pay berkolaborasi dengan lembaga non-profit yang bergerak dalam penggalangan donasi. Hingga saat ini, Go-pay juga bekerja sama dengan organisasi Kitabisa.com, Baznas, dan 105 masjid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News