Namun demikian, perusahaan pelat merah berkode emiten saham TINS ini membatasi produksi timah pada 2016. Sekretaris Perusahaan Timah Agung Nugroho menuturkan langkah ini untuk menjaga keberlanjutan bisnis perseroan dalam menjaga cadangan timah di darat yang semakin menipis.
"Perseroan tetap membatasi produksi bijih pada 2016 sebesar 300 ribu Ton Sn. Untuk produksi logam tahun ini, kami mematok sebesar 31.200 MT dan penjualan logam ditargetkan 31 ribu MT dengan rencana pendapatan tahun ini sebesar Rp9,21 triliun," ujar Agung usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Hotel Aryaduta, Jalan Prapatan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Kamis (7/4/2016).
Saat ini, lanjut dia, perusahaan tengah fokus melakukan hilirisasi produk timah. Hilirisasi produk timah tersebut diantaranya adalah tins solder dan tin chemical yang sudah mulai memasarkan produk serta melakukan diversifikasi usaha yang berbasis kompetensi.
"Komeptensi sendiri dengan mendirikan beberapa anak perusahaan di bidang properti, layanan kesehatan dan agrobisnis. Sedangkan untuk produk nontimah, kami juga telah melakukan pengembangan dan penelitian rare earth," pungkas Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News